Kisah Imbulu, Nelayan Tanpa Kaki dan Tangan yang Berjuang Menghidupi Keluarga

354
Kisah Imbulu, Nelayan Tanpa Kaki dan Tangan yang Berjuang Menghidupi Keluarga
KISAH IMBULU - Imbulu, warga Desa Basule, Kecamatan Lasolo, Kebupaten Konawe Utara yang mengalami cacat permanen pada kedua kakinya dan tangan kirinya berfoto bersama anaknya saat membawa berkunjung di wisata pantai taipa, Kecamatan Lembo.(Jefri/ZONASULTRA.COM).

ZONASULTRA.COM, WANGGUDU – Bagi sebagian besar orang, mengalami cacat pada anggota tubuh bisa menjadi penghalang untuk menjalankan kehidupan sehari-hari. Bahkan ada rasa malu dan sedih menghinggapi dirinya.

Namun kondisi ini tak berlaku bagi Imbulu (37), warga Desa Basule, Kecamatan Lasolo, Kabupaten Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tenggara (Sultra).

Kedua kaki dan tangan kirinya mengalami cacat sejak lahir. Tangan kiri dan kedua kaki Imbulu tak memiliki pergelangan dan jari-jari. Tangan kanannya normal, namun jarinya bercabang.

Meski cacat, semangatnya untuk tetap berjuang hidup tak kalah hebat dengan orang-orang normal yang ada di sekitarnya. Imbulu menjalani hari-harinya dengan penuh rasa syukur.

“Bagi saya cacat bukan penghalang besar untuk bertahan hidup. Saya yakin cobaan yang diberikan Allah semua ada hikmahnya yang penting kita tetap semangat,” kata Imbulu saat ditemui awak zonasultra.id bersama anak dan istrinya di Pantai Taipa baru-baru ini.

Anak dari pasangan Burnei dan Besse ini berasal dari keluarga nelayan miskin yang hanya menggantungkan hidup dari hasil laut.

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih

Sejak kecil Imbulu sudah diperkenalkan dengan kehidupan di laut oleh kedua orang tuanya. Saat berusia 10 tahun, ia sudah turun melaut seorang diri dengan hanya mengandalkan satu tangan dan kedua pahanya.

“Untuk melakukan aktivitas saya hanya mengandalkan kedua paha saya sebagai penopang untuk bisa melangkah. Saya ikatkan sendal di bawah pahaku, karena kalau tidak dialas, luka-luka dan sakit kalau saya melangkah,” ungkapnya sembari tersenyum.

Tak ada rasa takut dengan kerasnya arus yang kapan saja bisa menghancurkan kapalnya dan merenggut nyawanya. Namun, lelaki murah senyum ini selalu berkayakinan bahwa ajal sudah ditentukan sang ilahi.

“Alhamdulillah bertahun-tahun saya melaut tidak pernah terjadi apa-apa. Saya selalu berdoa sebelum keluar rumah dan berniat semua yang saya lakukan ini untuk keluarga,” tuturnya.

Menekuni pekerjaan sehari-hari sebagai nelayan, Imbulu bisa mendapatkan penghasilan Rp700 ribu per bulannya. Untuk tambahan dia biasa bekerja sampingan menjadi kuli bangunan.

“Pengasilan saya kecil pak, tapi Alhamdulillah untuk makan dan anak bisa teratasi. Saya jalani saja yang penting saya dapat uang dengan cara halal. Alhamdulillah kami bisa mengatasi kebutuhan keluarga,” terangnya.

BACA JUGA :  Hakim Perempuan di PN Andoolo Ungkap Keresahan, dari Minim Fasilitas hingga Rentan Intervensi

Imbulu menjalani hidupnya dengan penuh optimis. Ia tak pernah mengeluh dan merasa sedih dengan keadaan yang dialaminya.

Dan semua itu berbuah manis. Sang ilahi kembali menunjukkan kebesarannya pada Imbulu dengan mengirim seorang pendamping hidup.

Imbulu mempersunting Risnawati (31) pada tahun 2013. Risnawati menerima kondisi fisik Imbulu apa adanya. Kebaikan hati, kesabaran dan semangat hidup Imbulu lah yang membuatnya tak ragu menerima pinangan laki-laki tersebut.

“Itu yang dimiliki suami saya. Tak pernah ada kata putus asa dalam hidupnya. Saya tak melihat dan nilai dia dari segi fisik dan pekerjaan, tapi keikhlasan dan kejujurannya untuk menghidupi keluarganya. Dia sabar dan penyayang,” kata Risnawati.

Kini keduanya telah dikaruniai anak lelaki bernama Rohid (3). Sang anak tumbuh dengan sempurna, pintar dan normal seperti anak-anak lain pada umumnya. Keluarga kecil ini pun hidup bahagia dibalik kesederhanaan mereka. (B)

 

Reporter : Jefri
Editor : Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini