Kisah Pengangkut Air di Pilkades Serentak Buteng

1027
Kisah Pengangkut Air di Pilkades Serentak Buteng
Dorong Gerobak – Hamid Natsir (44) meragakan mendorong gerobak yang mengangkut sembilan buah jerigen kapasitas 20 liter air diperuntukan sebagai pembasuh tangan warga yang datang memlih kepala desa di TPS 01 Desa Wadiabero, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara, Minggu (20/12/2020). (Risno/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, LABUNGKARI – Bergerak sunyi mencegah penularan Covid-19 pada pesta demokrasi Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak di Buton Tengah (Buteng), Sulawesi Tenggara (Sultra). Begitulah dia, dengan senang hati menyuplai air agar warga yang datang ke bilik suara dapat membasuh tangan mereka sebelum mencoblos. Padahal, upahnya tak seberapa, Rp15 ribu per gerobak sekali angkut.

Pagi itu, Minggu (20/12/2020), hari pemilihan, sekira pukul 10.00 Wita matahari di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 01 Desa Wadiabero, Kecamatan Gu, terasa menyengat kulit. Hamid Natsir (44) terlihat mendorong gerobak yang memuat sembilan buah jeriken berisi air. Ia ditemani salah seorang anaknya (belum masuk usia sekolah) ikut mendorong.

Sesekali ototnya mengencang saat ban gerobaknya terganjal batu atau gundukan tanah. Keringatnya sudah tak terlihat lagi menetes pada kulit gelapnya. Mungkin telah mongering di perjalanan. Hamid mendorong gerobak yang berisi jeriken air itu dari kejauhan 300 meter. Dari sumber air menuju TPS, gerobaknya melewati tiga pendakian.

“Sudah dua kali pulang bale. Setu gerobak ini sembilan jerigan, semuanya (berharga) Rp15 ribu,” jawabnya saat ditanyai.

Peran Hamid dalam mencegah penularan Covid-19 tak banyak yang paham. Namun air yang ia angkut dipakai oleh semua warga yang datang menyalurkan hak suaranya di TPS.

Air yang ia angkut itu bersumber dari gua di sekitar kebunnya. Dia memikul Jeriken-jeriken berkapasitas 20 liter itu sejauh 50 meter menuju gerobak yang ada di jalan raya, kemudian mengantarkanya ke TPS.

Kisah Pengangkut Air di Pilkades Serentak Buteng
Air yang diangkut oleh Hamid Natsir digunakan oleh seorang warga yang datang mencoblos di TPS 01 Desa Wadiabero, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara.

Untungnya pemerintah daerah setempat telah melakukan pengaspalan jalan raya di desanya. Sehingga, meski gerobaknya melewati tiga kali pendakian, keseimbangnnya tetap stabil. Gerobak pengangut air milik Hamid sempat melewati jalan berliku dari jalan raya menjut TPS sejauh 50 meter.

“Karena satu gerobak sembilan jeriken, berarti sembilan kali pulang bale angkut dari mata air ke gerobak yang ada di jalan raya,” aku Hamid kepada Zonasultra.Com.

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih

Penghasilan Tambahan

Kisah Pengangkut Air di Pilkades Serentak Buteng
Hamid Natsir memindahkan air dari jerigen ke wadah tempat cuci tangan di TPS 01 Desa Wadiabero, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara.

Hamid mengaku senang bisa menyuplai air yang digunakan warga di bilik suara. Kegembiraannya bakal bertambah jika air itu benar-benar bermanfaat mencegah warga dari penularan Covid-19.

Kata Hamid, pekerjaan mengangkut air dilakukan untuk penghasilan tambahan. Sebab, sehari-hari dia menghidupi istri dan lima orang anaknya dengan hasil pertanian juga upah buruh bangunan.

“Sehari-hari saya berkebun, ada juga ikut kerja bangunan (jadi buruh pekerja bangunan), kadang juga pergi mancing di laut,” ungkapnya.

Hari itu Hamid mengangkut air untuk cuci tangan di TPS 02 ditemani oleh salah satu anaknya yang belum bersekolah. Sementara anak Hamid yang tertua baru duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).

Hamid sedikit mengeluh kepada setelah dua kali mengangkut air cuci tangan di TPS 02. Katanya, mungkin karena kondisinya yang sudah mulai menua sehingga merasakan sakit pada bagian otot lengan dan tulang punggungnya.

Padahal, harusnya ia sudah terbiasa dengan pekerjaan seperti itu. Pasalnya, jauh hari sebelum perpipaan air bersih yang dibuat oleh Pemerintah Daerah Buton Tengah masuk ke Desa Wadiabero, dia adalah salah satu penyuplai air bersih pada warga.

“Capek juga tangan, sakit-sakit juga pak (tulang) belakang,” ujarnya dengan suara berat.

Polri-TNI Juga Berperan Tegakan Prokes

Kisah Pengangkut Air di Pilkades Serentak Buteng
Petugas dari Polres Baubau dan Kodim 1413 Buton mengawasi proses pemungutan suara kepada lansia pada saat Pilkades di Desa Rahia. Dilakukan di rumah warga masing-masing.

Selain warga seperti Hamid, personel TNI-Polri juga mengambil peran dalam penegakan protokol kesehatan. Penyertaan mereka sebagai bentuk kemitraan dengan pemerintah daerah.

Menurut catatan, Polres Baubau menurunkan 4 orang personelnya pada setiap TPS di 16 desa yang menyelenggarakan Pilkades, sementara Kodim 1413 Buton menurunkan 5 personel pada masing-masing TPS. Sebagai catatan, masing-masing desa memiliki dua TPS.

Babinkambtibmas Polsek Gu, Bribda Asal Supriadi, mengatakan tiap hari sebelum gelaran pencoblosan atau dikenal tahapan prapemilihan umum, petugas kepolisian diwajibkan untuk mensosialisasikan protokol kesehatan Covid-19. Supriadi selalu melakukan sosialisasi bersama seorang personel TNI, Bintara Pembina Desa (Babinsa).

BACA JUGA :  Hakim Perempuan di PN Andoolo Ungkap Keresahan, dari Minim Fasilitas hingga Rentan Intervensi

“Setiap kami menemukan warga yang sedang nongkrong kami selalu mampir dan berbicara soal protokol kesehatan Covid-19. Kami melakukan sosialisasi setiap bertemu dengan warga agar menghindari kerumunan massa,” akunya ditemui saat mengawasi jalannya pilkades di TPS 01 Desa Rahia, Kecamatan Gu.

Kata Supriadi, hal itu menjadi rutinitas karena telah diperintahkan oleh komandan. Dia juga menyadari jika terjadi kerumunan massa pada perhelatan Pilkades serentak, maka kepolisian bakal disoroti.

Supriadi mengakui, cukup sulit memberi pemahaman kepada warga. Namun karena pesan soal protokol kesehatan Covid-19 telah digaungkan beberapa pihak sedikit mempermudah. Dia sendiri mengaku tidak menemukan perlawanan saat warga diberitahu menaati atau ditegur saat tak taat.

Kisah Pengangkut Air di Pilkades Serentak Buteng
Petugas Kepolisian mengawasi proses pemungutan suara di TPS 02 saat Pemilihan Kepala Desa Wadiabero.

“Memang ada sedikit riak-riak warga saat masa kampanye, tapi kami selalu mencoba mencegah agar tidak berkerumun. Selain menghindari Covid-19, juga bisa menghindari adanya pergesekan pada masyarakat akibat berbeda pilihan,” imbuh Supriadi.

Selain itu, Bupati Buteng, Samahuddin juga telah mengeluarkan Peraturan Bupati Nomor 35.A tentang protokol kesehatan dalam pelaksanaan Pilkades serentak tahun 2020. Di sana tertulis, jika terdapat pelanggaran protokol kesehatan (prokes) maka penyelenggara harus bertanggung jawab.

Dengan peran sejumlah pihak tersebut, pilkades serentak di Kabupaten Buteng tampak digelar dengan menaati protokol kesehatan (prokes). Pantauan Zonasultra.Com, di TPS 01 dan 02 Desa Wadiabero dan Desa Rahia, Kecamatan GU, tidak terdapat kerumunan massa. Memang warga terlihat melakukan interaksi, namun tetap menjaga jarak, juga tidak lupa mengenakan masker atau pelindung wajah yang manfaatnya sama. (*)

 


Kontributor: Risno
Editor: Muhamad Taslim Dalma

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini