Kisah Penyelamatan Bayi 6 Bulan Korban KM Fungka Permata V

559
Kisah Penyelamatan Bayi 6 Bulan Korban KM Fungka Permata V
KM FUNGKA PERMATA V - Laode Risman bersama istri dan anaknya, korban selamat KM Fungka Permata V yang terbakar di perairan Sulawesi. (CR5/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, RAHA – Jumat, 14 September 2018 menjadi catatan kelam sekaligus bersejarah bagi Laode Risman (27), warga Desa Ghonebalano, Kecamatan Duruka, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra). Hari itu, nyawanya dan keluarga kecilnya nyaris terenggut maut.

Risman pun mengulas dukanya ketika menjadi salah satu korban selamat dari kapal naas KM Fungka Permata V yang terbakar di perairan Desa Togong Sagu, Kecamatan Bangkurung, Kabupaten Banggai Laut (Balut), Sulawesi Tengah.

Tampak nyaris tak ada trauma di raut keluarga Risman saat ditemui oleh awak zonasultra.id di kediamannya yang berada di Tanjung Desa Ghonebalano, Kecamatan Duruka. Wajah ceria pun menyambut dari anaknya Azril, bayi tangguh yang baru menginjak usia 6 bulan dan berhasil selamat dari maut.

Risman mengaku tak memiliki harapan hidup lagi setelah tahu kapal yang mereka tumpangi bersama istrinya Waode Shifa (29), adiknya Laode Yusril (18) dan anaknya Azril (6 bulan) terbakar di perairan Balut.

Tujuh Penumpang KM Fungka Pertama Belum Ditemukan
KM FUNGKA PERTAMA – Operasi pencarian dan evakuasi terhadap korban terbakarnya KM Fungka Permata V di Perairan Banggai, Sulawesi Tengah (Sulteng), Jumat (14/9/2018) sore lalu (Foto : Istimewa)

Dirinya bahkan tak menyangka bakal selamat dari maut. Dalam pikirannya saat itu ajalnya sudah di depan mata, tinggal menunggu waktu saja. Namun Azril, sang bayi tangguh menjadi salah satu penyemangat, menguatkan hatinya dan berupaya keras memohon perlindungan dari Allah untuk menyelamatkan istri dan anak semata wayangnya itu.

(Baca Juga : Cerita Korban Selamat Fungka Permata V Asal Wakatobi)

Kata Risman, ini kuasa Allah. Dia berucap syukur karena mampu terbebas dari petaka beruntun. Mulai dari kapal terbakar hingga dia, anak dan istrinya serta adiknya terombang ambing di laut selama 5 jam.

Semuanya bermula pada Kamis, 13 September 2018. Risman membeli tiket dari pelabuhan Raha menuju Banggai dengan tujuan Sanana, Kabupaten Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara (Malut) karena mendengar kabar orang tuanya meninggal dunia.

Sebelum keberangkatan malam itu, ia sudah mendapat tanda-tanda alam menghampiri mereka. “Ada suara burung aneh tepat di atas rumah kami. Bunyinya keras. Istri saya langsung ketakutan dan menyarankan untuk menunda keberangkatan,” ulas Risman mengawali kisahnya.

BACA JUGA :  Hakim Perempuan di PN Andoolo Ungkap Keresahan, dari Minim Fasilitas hingga Rentan Intervensi
KM Fungka Permata, Berlayar dari Raha, Terbakar di Laut Banggai
Kapal Motor (KM) Fungka Permata V (Foto Internet)

Namun keputusannya sudah bulat karena ia mengejar tujuh hari kepergian almarhum orangtuanya. “Mau tidak mau harus berangkat. Karena orangtuaku meninggal dan itu tidak bisa ditunda,” urainya sambil berusaha tetap tegar.

Awalnya, ia berencana tak ingin membeli tiket karena kata orang lebih murah membayar dalam kapal dibanding beli di loket. “Kami terpaksa beli tiga tiket untuk saya, istri dan adik saya, karena di pintu masuk tidak diizinkan petugas jika tidak beli tiket. Saya mengeluarkan uang sebanyak Rp1,4 juta dari dompetku,” ujar Risman sambil sesekali melirik istrinya yang tengah asyik bersama buah hatinya.

Setiba dalam kapal, ia pun merasa aneh karena kapal yang mereka tumpangi itu sudah disesaki asap tebal menyelimuti sebagian dek kapal. Namun dia tak menghiraukan kejadian itu, dia berpikir mungkin hanya asap biasa.

Setelah mendapatkan tempat duduk, ia pun memutuskan berjalan mengitari setiap sudut kapal dengan menggendong buah hatinya. Puncaknya Jumat sore (14/9/2018) sekitar pukul 13.35 Wita, mesin kapal tiba-tiba mati selama satu jam. Penumpang mulai menunjukan kepanikan.

(Baca Juga : KM Fungka Permata, Berlayar dari Raha, Terbakar di Laut Banggai)

Namun setelah dinyalakan kembali bukannya hidup, mesin justru langsung mengeluarkan asap lalu terbakar. Di situ ada orang berteriak kebakaran. Penumpang disuruh lompat ke laut.

Sekitaran dua ratusan lebih orang yang penumpang di KM Fungka panik dan berhamburan menyelamatkan diri masing-masing. Penumpang kapal pun pecah. Ada yang langsung lompat ke laut bahkan sesekali terdengar pekikan takbir.

Di tengah kegentingan itu, ia bersama adiknya berusaha fokus dan menghampiri istri dan menggendong anaknya yang masih dalam ayunan dan membawa mereka kebagian depan dek kapal.

“Saya gendong anakku dan ambilkan baju pelampung untuk istriku. Habis itu tanpa berpikir panjang saya dorong istriku yang tidak pintar berenang ke laut,” kenangnya.

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih

Lalu ia lompat ke laut dengan bayi di gendongan menggunakan pelampung. Ketika berada di laut ia pun melawan ketakutannya. Berusaha meraih istrinya yang terpisah darinya akibat terjangan ombak. Beberapa jam kemudian kapal yang mereka tumpangi itu, meledak.

(Baca Juga : Balita Korban KM Fungka Permata V Ditemukan Meninggal)

“Syukur, kami sudah berada jauh dari bangkai kapal. Kami pun terombang ambing di laut selama hampir 5 jam. Anakku, saya letakkan di bagian punggung sementara istriku saya pegang dengan tangan kiriku. Saya juga sempat menolong seorang ibu,” jelasnya.

Ditolong Nelayan

Sesekali gelombang setinggi 3 hingga 4 meter menenggelamkan mereka. Kadang anaknya terlepas dari gendongan. Ketika itu juga dirinya menyadari kalau anak dan istrinya sudah tak sadarkan diri. “Dalam hatiku, mungkin mereka sudah meninggal. Cuma saya berusaha yakin kalau mereka masih hidup,” ceritanya.

Lima jam berjibaku dengan ombak, akhirnya kapal nelayan setempat berdatangan menolong penumpang yang masih selamat. Ia dan anaknya langsung dinaikkan di atas perahu. Begitupun dengan istrinya yang sudah tak sadarkan diri.

Bebarapa saat kemudian tim regu penyelamat dari Basarnas Kendari tiba ditempat kejadian dan mulai melakukan penyelamatan. Mereka pun dibawa di daratan daerah Togong Sagu untuk mendapatkan pertolongan intensif.

Anak dan istrinya langsung ditangani salah satu dokter di sana. Mereka mendapat penanganan di ruangan yang berbeda. Ia pun pasrah dengan segala resiko. Keesokan harinya mereka dipertemukan kembali. “Alhamdulillah, ternyata mereka selamat. Saya langsung memeluk mereka,” urai Risman.

Empat hari berada di daerah itu, mereka pun dibolehkan pulang oleh pemerintah setempat dengan menggratiskan tiket pemberangkatan. “Uang yang kami pegang itu hanya hasil dari bantuan mahasiswa di sana. Kalau dari Pemda hanya tiket gratis itu,” imbuhnya.

Mereka pun berangkat meninggalkan pelabuhan Balut, menumpang kapal KM Mekar Teratai menuju pelabuhan Raha. (A)

 


Penulis: CR5
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini