Meneladani Cara Ibu Yati Lukman Abunawas Bertetangga

541
Andi Syahrir
Andi Syahrir

Secara pribadi, saya sama sekali tidak pernah berinteraksi langsung dengan Ibu Yati Lukman Abunawas, istri bapak Lukman Abunawas (Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara), yang baru saja wafat, meninggalkan kita semua.

Tapi saya punya sahabat, yang juga sahabat dan rekan kerja istri saya, yang merupakan tetangga dekat Ibu Yati. Dari sahabat itu, saya kerap mendengarkan hal-hal baik yang diteladankan Ibu Yati. Salah satunya tentang caranya bertetangga.

Kabar duka tentang wafatnya Ibu Yati, serta merta mengingatkan saya akan cerita-cerita sahabat itu. Saya akan menuturkannya sebagai bentuk rasa hormat saya ke Ibu Yati. Membagikannya ke ruang publik sekiranya dapat menginspirasi kita. Menginspirasi banyak orang.

Semoga itu menjadi catatan amal baik bagi almarhumah yang terus mengalir. Saya meminta ijin ke sahabat saya untuk menuliskannya, meskipun dia tidak ingin namanya disebut.

Pak Lukman dan Bu Yati sudah lama bertetangga dengan sahabat saya dan keluarganya. Rumah sahabat saya terletak di bagian belakang rumah mereka. Sebagai pejabat dan istri pejabat dalam rentang waktu yang cukup panjang, keseharian Ibu Yati, tetaplah pribadi yang hangat kepada tetangganya.

“Orang di belakang itu, bukan sekadar tetangga kita. Mereka adalah bagian dari keluarga kita,” demikian Pak Lukman dan Bu Yati merefleksikan cara pandang bertetangganya.

Urusan remeh temeh sebagaimana lazimnya keluarga yang bertetangga juga dilakoni Ibu Yati di tengah kesibukannya. Apa saja yang dimasak cukup istimewa, dibagikan kepada tetangga di belakang rumahnya itu. Ini kelihatan sepele, tapi berdampak kian rekatnya rasa kekeluargaan.

Bahkan salah seorang saudara dari sahabat itu sudah dianggap sebagai anak oleh Pak Lukman dan Bu Yati. Pernah suatu kali kakak kandung sahabat itu pulang ke rumah dengan membawa satu tempat nasi besar berisi nasi goreng. “Ini Ibu (Ibu Yati) khusus bikinkan kita nasi goreng,” jelasnya. Nasi goreng itu dibuat sendiri oleh Ibu Yati.

Ibu Yati tidak pernah menampakkan kepada tetangganya bahwa mereka adalah pejabat tinggi. Kerapkali sahabat saya menjumpai Ibu Yati menyapu sendiri di halaman rumahnya, lalu menyapa, mengajak berbincang, dan bersenda gurau.

Hal-hal kecil itulah yang tidak dapat dilupakan oleh sahabat itu. Kini Ibu Yati telah pergi selamanya. Meninggalkan jejak keteladanan. Cara memperlakukan tetangga. Al Fatihah untuk almarhum Ibu Yati Lukman Abunawas.***

 


Oleh Andi Syahrir
Penulis Merupakan Alumni UHO & Pemerhati Sosial

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini