Mengenali Situs Berita Palsu dan Penyebab Mudahnya Masyarakat Terpengaruh Hoax

139
Mengenali Situs Berita Palsu dan Penyebab Mudahnya Masyarakat Terpengaruh Hoax
TRANING JURNALIS - Pelatihan “Google News Initiative Training Network” di salah satu Hotel Kendari, Minggu (22/7/2018), yang diselenggarakan AJI Indonesia bekerjasama dengan Google News Initiative dan Internews. Pesertanya adalah 28 Jurnalis Sulawesi Tenggara. (Foto: AJI Kendari).

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Di era berkembangnya media sosial saat ini, situs berita palsu penebar hoax adalah hal yang biasa terjadi. Hoax itu disebarkan dengan berbagai tujuan mulai dari untuk pendapatan hingga kepentingan politik.

Trainer Google News Initiative Zainal A. Ishaq mengatakan, cara untuk mengenali situs berita palsu bisa dimulai mengecek alamat situsnya dan mengecek detail visualnya. Situs berita palsu biasanya memakai nama media arus utama (situs berita nasional atau internasinal) dengan penambahan huruf atau tanda-tanda tertentu.

“Waspada jika terlalu banyak iklan, biasanya situs berita palsu hanya mengejar banyaknya yang mengklik berita. Biasanya juga mereka menggunakan judul-judul sensasional, namun begitu dicek isinya tidak se-wah judulnya karena hanya mengejar klik,” kata Zainal yang juga Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kendari di sela-sela pelatihan “Google News Initiative Training Network”, di Kendari, Minggu (22/7/2018).

(Baca Juga : Training GNI, AJI dan Google Ajak Jurnalis Sultra Perangi Hoaks)

Situs berita palsu juga dapat dikenali dengan mengklik “about us” dan info redaksi atau box redaksi pada halaman depannya. Situs berita palsu biasanya tidak memberi penjelasan tentang redaksinya sedangkan situs berita asli dan profesional memiliki isi keredaksian yang jelas.

BACA JUGA :  HKTI Sultra Silaturahmi di Pondok Pesantren Shohibul Quran Kendari

Trainer Google News Initiative Rahmat Hardiansyah mengatakan, orang bisa percaya dengan hoax dan berita sesat karena tidak melakukan verifikasi tentang kebenaran informasi. Padahal verifikasi penting dilakukan dengan banyaknya informasi hoax saat ini. Salah satu verifikasinya dengan cara mengenali situs berita palsu.

Mengapa banyak orang mudah termakan hoax? Rahmat mengutip pendapat Dosen Psikologi Media Universitas Indonesia, Laras Sekarasih bahwa orang lebih cenderung percaya hoax jika informasinya sesuai dengan opini atau sikap yang dimiliki.

“Misal seseorang memang sudah setuju terhadap kelompok tertentu, produk, atau kebijakan tertentu. Ketika ada informasi yang dapat mengafirmasi opini dan sikapnya tersebut, maka ia mudah percaya,” kata Rahmat.

Berdasarkan data Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2017, Indonesia merupakan salah satu dari 20 negara pengguna internet tertinggi di dunia, bahkan masuk di urutan ke-5.

BACA JUGA :  HBI ke-74, Kantor Imigrasi Kelas I TPI Kendari Salurkan Sembako di 3 Lokasi

Namun tingginya pengguna internet itu tidak diimbangi dengan kemampuan bersikap kritis terhadap infomasi yang beredar di internet. Kata Rahmat, salah satu penyebabnya adalah rendahnya minat baca masyarakat Indonesia.

Data UNESCO pada tahun 2012 dinyatakan bahwa minat baca masyarakat Indonesia baru 0,001 persen. Di antara 250 juta penduduk Indonesia, hanya 250 ribu yang punya minat baca. Lalu pada tahun 2014, anak-anak Indonesia membaca hanya 27 halaman buku dalam satu tahun.

Dengan banyaknya persoalan hoax maka sebanyak 28 jurnalis dari berbagai media di Sulawesi Tenggara (Sultra) mengikuti pelatihan “Google News Initiative Training Network” di salah satu Hotel Kendari pada 21-22 Juli 2018, yang diselenggarakan AJI Indonesia bekerjasama dengan Google News Initiative dan Internews. (A)

 


Reporter : Muhamad Taslim Dalma
Editor : Abdul Saban

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini