Menjaga Toleransi, 53 Tahun Masjid dan Gereja ini Satu Tembok

446
Masjid Dakwah Wanita dan Gereja Pantekosta yang terletak di Jalan Ir Soekarno, Kelurahan Dapu Dapura, Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari.
Masjid Dakwah Wanita dan Gereja Pantekosta yang terletak di Jalan Ir Soekarno,  Kelurahan Dapu Dapura,  Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari.
Toleransi : Masjid Dakwah Wanita dan Gereja Pantekosta yang terletak di Jalan Ir Soekarno, Kelurahan Dapu Dapura, Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari. (Foto : Lukman Budianto/ZONASULTRA.COM)

 

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Menjaga toleransi antar umat beragama tidaklah rumit. Hal itu tercermin di Masjid Dakwah Wanita dan Gereja Pantekosta yang terletak di Jalan Ir Soekarno, Kelurahan Dapu-Dapura, Kecamatan Kendari, Kota Kendari. Kedua rumah ibadah ini layaknya amplop dan perangko yang saling menempel. Kedua bangunan rumah ibadah ini nyaris satu atap, hanya dipisahkan oleh sekat dinding. Hal ini menjadi bukti nyata kehidupan harmonis dan toleransi antar umat beragama di bumi Anoa Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Gereja Pantekosta dibangun pada tahun 1960. Sementara Masjid Dakwah Wanita dibangun pada tahun 1963. Sudah 53 tahun jamaah dua rumah ibadah ini hidup rukun tanpa pernah terjadi gesekan, apalagi konflik. Bahkan, kata Yusuf, salah satu pengurus masjid, saat Idul Qurban tak jarang jamaah dari gereja itu ikut berkurban dengan menyumbang satu ekor sapi.

agus-setiawan-pendeta-gereja-pntekosta
Agus Setiawan, Pendeta Gereja Pantekosta

Hal ini mencerminkan rukunnya jamaah dari dua rumah ibadah yang berbeda keyakinan. Pendeta Gereja Pantekosta Bukit Zaitun, Agus Setiawan mengatakan, saat remaja masjid melakukan kerja bakti, halaman gereja juga turut dibersihkan.

“Dulu kan waktu masjid di sebelah tidak punya pompa air, jadi kalau hari Jum’at, kita itu menyiapkan selang untuk mengalirkan air ke sebelah untuk dipake berwudu,” kata pendeta yang berusia 47 tahun ini.

Tak pernah terbersit sedikit pun perasaan saling terganggu. Bagi mereka, kedekatan tersebut justru sebuah keunikan yang menjadi kebanggaan.

“Setiap penyelenggaraan ibadah maupun kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya, kita selalu berkoordinasi dan saling komunikasi. Kita tanya ibadah mereka hari apa, kalau kebetulan waktunya bertepatan dengan ibadah kita, maka pengeras masjid kita kecilkan. Begitu pun sebaliknya, jika mereka ada kebaktian yang bertepatan dengan shalat kita, jadi jadwal kebaktian mereka majukan,” ungkap Yusuf saat ditemui di Masjid Dakwah Wanita Kendari, Rabu (21/12/2016).

yusuf-sekretaris-masjid-dakwah-wanita
Yusuf, Sekretaris Masjid Dakwah Wanita

Tidak jarang pula kedua jamaah yang berbeda agama ini bekerjasama untuk membersihkan selokan yang terletak di belakang rumah ibadah ini. Bahkan, kata Yusuf, pada tahun lalu saat perayaan Maulid dan Natal jadwalnya bersamaan. Pihak pengurus masjid memutuskan untuk mengundur perayaan Maulid tersebut dua hari setelah acara natalan terselenggara.

“Kalau perayaan Maulid itu kan bisa diundur waktunya, jadi apa salahnya kalau kita undur untuk menghormati mereka. Kendaraan mereka juga kalo jamaahnya lagi banyak biasanya parkir di halaman masjid,” jelas Yusuf.

Untuk tidak mengganggu jamaah masjid saat melaksanakan ibadah, pihak pengelola gereja juga telah memasang peredam suara di gereja tersebut. bahkan, terlihat gereja ini hampir tidak ada pentilasi.

“Terkhusus di bulan ramadhan, untuk tidak mengganggu ibadah tarawih umat muslim, kami memajukan ibadah yang biasanya dilaksanakan pukul delapan, kita majukan pukul tujuh,” kata Agus Setiawan saat ditemui di gerejanya.

Agus Setiawan menyatakan, masyarakat Kota Kendari sangat menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, terutama dalam kegiatan ibadah, sehingga tak heran jika kedua bangunan rumah ibadah tersebut tetap kokoh berdampingan hingga sekarang. (A)

 

Reporter : Lukman Budianto
Editor : Kiki

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini