Menumbuhkan Asa, Membangun Mimpi, Kisah Inspiratif Yais Dirikan SLB di Tengah Hutan

1273
Sekolah Luar Biasa (SLB) Kusuma Bangsa Kendari
Sekolah Luar Biasa (SLB) Kusuma Bangsa Kendari

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Suara ayam saling bersautan menyambut pagi. Sembari menanti sarapan yang dibuat sang istri, Yais Yadi memilih memanaskan mesin mobilnya.

Pagi itu pria yang akrab di sapa Yais terlihat sibuk, sebab selepas sarapan pagi ia harus bergegas. Berpacu waktu dengan pedal gas mobil, menyusuri tiap lorong-lorong kecil yang ada di Kecamatan Poasia, Kota Kendari.

Menjemput murid-murid Sekolah Luar Biasa (SLB) Kusuma Bangsa Kendari yang terletak di jalan Jambu, kelurahan Anggoya, kecamatan Poasia, kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Bagi Yais, menjemput anak muridnya sudah menjadi rutinitas setiap pagi. Menyusuri jalan berkilo-kilo menuju sekolah yang dia dirikan sejak 2014 silam. Meski berada di tengah hutan dan jauh dari pusat kota, namun asa Yais untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak berkebutuhan khusus tak pernah surut.

Sekolah Luar Biasa (SLB) Kusuma Bangsa Kendari

Yais bercerita, pendirian yayasan SLB Kusuma Bangsa itu berawal dari dorongan sang ayah untuk berbuat kebajikan di jalur pendidikan.

“Atas permintaan orangtua. Saya mulai waktu awal-awal kantor lama mulai bangkrut. Hitung-hitung investasi akhiratlah dan masa depan, dan untuk sosial,” ucap Yais sambil tertawa kecil.

(Baca Juga : Nuraeni Bausat, Lansia di Kendari yang Aktif Mengajar Bahasa Inggris)

Yais tak serta-merta membangun sekolah tersebut. Banyak tantangan yang harus dia hadapi, mulai dari mengurus izin pendirian yayasan di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud), hingga berkutat bersama terik matahari mencari murid, tenaga pengajar (guru), tanah dan bangunan sekolah.

“Kita yang cari murid, sama guru. Karena syarat untuk mendirikan yayasan harus sudah siap proses belajar mengajarnya. Sampai akhirnya kita dapat awalnya 9 orang murid, 9 guru honorer dan lahan untun membangun sekolah,” tuturnya.

Sekolah Luar Biasa (SLB) Kusuma Bangsa Kendari

Dengan bermodalkan lahan seluas 1.4 hektar yang berada di tengah hutan, Yais lalu mendirikan bangunan sekolah yang terbuat dari ayaman bambu atau yang biasa di sebut dengan gedheg.

Satu bangunan kecil berukuran 15×4 meter dibagi menjadi dua petak ruang kecil. Bilik ini menjadi tempat proses belajar mengajar anak-anak SLB.

Di sebalah ruangan belajar, terdapat dapur kecil yang digunakan Yais untuk memasak. Katanya, selain menyediakan seragam sekolah, perlengkapan belajar, sepatu dan tas, anak-anak SLB juga diberi makan secara cuma-cuma, alias gratis.

“Semuanya gratis dari sepatu pakaian sampe makannya gratis. Kalau tidak begitu, anak-anak tidak ada yang mau sekolah. Dan kalau ditanya kenapa sekolahnya di tengah hutan, karena hanya itu yang cukup dengan dana kita yang terbatas,” ungkapnya.

Semua itu menggunakan dana pribadi Yais dan dibantu sang ayah tentunya. Tidak hanya harus menanggung segala perlengkapan murid, Yais juga harus memutar otak mencari dana untuk membayar gaji guru honorer dan kepala sekolah.

(Baca Juga : Kendaraan Giat Belajar dan Wajah Pendidikan di Perbatasan Konsel)

Belum lagi penghasilan Yais dari menjadi sopir grab tidak menentu. Dan berbagai pekerjaan serabutan yang dia lakukan, untuk mencukupi segala kebutuhan sekolah.

“Tiap hari, pagi sampai jam 10 antar jemput anak sekolah. Setelah itu ke pelabuhan, nge-grab sampai malam,” ungkapnya.

Bebannya tentu tidak sampai di situ saja. Sebagai suami, dia harus berusaha sekuat tenaga mengumpulkan uang untuk menghidupi keluarganya, termasuk biaya membeli susu buat kedua balitanya.

“Sempat mau berhenti waktu izin dari Diknas tidak keluar-keluar. Tapi setelah melihat anak-anak murid ini semangat untuk sekolah, saya putuskan untuk berjuang sekali lagi. Dan alhamudillah setelah menanti 3 tahun, akhirnya izin dari Diknas untuk akte sekolah itu keluar. Dan tidak lama kita sudah dapat dana BOS juga,” kenangnya.

BACA JUGA :  Hakim Perempuan di PN Andoolo Ungkap Keresahan, dari Minim Fasilitas hingga Rentan Intervensi

Kini, Yais telah mendapat bantuan dari pemerintah melalui Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang diterimanya per- tiga bulan sekali. Dana tersebut digunakannya untuk memenuhi seluruh kebutuhan murid, membayar gaji guru dan kepala sekolah.

“Kita juga beli alat peraga, karena untuk mengajar mereka butuh alat peraga. Belum lagi buku, karena buku mereka itu beda sama buku-buku pelajaran pada umumnya” tandasnya.

# Sempat Kesulitan Mencari Guru

Di awal-awal mendirikan SLB, Yais mengaku kesulitan mencari tenaga pengajar. Sekali tiga uang menjadi alasan sulitnya mencari tenaga pengajar, terlebih menghadapi anak-anak berkebutuhan khusus tidaklah mudah. Kata Yais, menghadapi anak-anak itu butuh ekstra sabar.

Sekolah Luar Biasa (SLB) Kusuma Bangsa Kendari

Untunglah ibu Yais juga seorang guru Sekolah Dasar (SD) di kota Kendari, berbekal itu Yais dibantu sang ibu mencari guru untuk mengajar di SLB Kusuma Bangsa.

“Katanya, ayolah bu kita buat sekolah. Terus saya bilang, kalau kamu serius ayo mari kita jalan. Tapi urus dulu semua izin, akte dan notarisnya. Dan itu dia (Yais -red) urus semua, sampai akhirnya jadi lah SLB ini,” terang, Ninis Sudarwati, yang juga sebagai Kepala Sekolah (KS) yayasan SLB Kusuma Bangsa.

Berbekal sebagai seorang guru dan memiliki banyak teman guru, Ninis pun mengajak sejumlah rekannya untuk bersama-sama membangun SLB. Hasilnya, sekitar 9 orang rekannya pun mau dan bersedia untuk mengajar di SLB Kusuma Bangsa yang di rintis sang anak.

“Mereka memang bukan guru khusus SLB, tapi karena mereka mau belajar dan mengajar alhamdulillah bisa. Dan alhamdulillahnya lagi dari 9 orang guru honorer disini, dua di antaranya kemarin sudah lulus jadi PNS,” serunya.

(Baca Juga : Kisah Sahdar, Pemuda Kolut Kuasai 8 Bahasa Asing Secara Otodidak)

Ninis merasa senang sekaligus bangga, atas usaha sang anak yang dengan tulus dan penuh tekad mendirikan Sekolah Luar Biasa (SLB). Baginya SLB ini merupakan bekal, sekaligus investasi akhirat bersama keluarga dan guru-guru yang lain.

“Kami semua awalnya pake modal sendiri, murni ke ikhlasan hati dan tekad kami semua. Dan dengan sekolah disini mereka (anak-anak berkebutuhan khusus -red) bisa mendapatkan haknya seperti anak normal lainnya,” ucapnya.

Sekolah Luar Biasa (SLB) Kusuma Bangsa Kendari

Tak banyak yang Ninis harapkan, kedepan dia hanya berharap pemerintah bisa membuka mata dan sedikit melihat anak-anak berkebutuhan khusus agar dapat tetap mendapat porsi pendidikan yang setara dengan anak normal pada umumnya. Menjadikan anak-anak berkebutuhan khusus, juga dapat hidup mandiri dan berketerampilan.

“Kedepannya kami mengingingkan anak-anak yang sudah jadi bimbingan kami, untuk menjadi produktif untuk dirinya sendiri. Dan kita juga berencana akan mengajarkan anak-anak cara membantik yang bisa di produksi,” tegasnya.

Sementara, Jamila satu dari 9 guru SLB Kusuma Bangsa Kendari, mengaku menerima tawaran mengajar dari Ninis lantaran panggilan jiwa. Dia merasa tertantang saat diajak untuk mengajar anak-anak berkebutuhan khusus.

“Saya pikir ini unik, sebelumnya saya memang sudah pernah mengajar di SD swasta. Tapi saya lebih tertarik disini karena mengajar anak luar biasa, dan saya ingin mereka tumbuh dengan banyak keterampilan. Untuk menumbuhkan dirinya sendiri,” harapnya.

Meski dengan gaji yang sangat minim, namun Jamila mengaku tidak menjadi masalah. Sebab baginya materi bukanlah hal utama yang membuat dirinya ingin mengajar di sekolah itu, bagi Jamila amal jariyah jauh lebih bermakna.

BACA JUGA :  Seorang Wanita di Kendari Jadi Korban Salah Tembak Polisi

# Juara dan Piala Murid SLB Kusuma Bangsa Kendari

Soal prestasi, murid-murid SLB Kusuma Bangsa Kendari juga tidak kalah dengan murid-murid dari sekolah umum mau pun sekolah favorit yang ada di kota ini. Buktinya, berbagai macam piala berhasil didapatkan murid-murid tersebut.

Sebut saja, juara 1, 2 dan 3 lomba mewarnai yang diadakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kota Kendari. “Lalu ada lagi juara 2 dan 3 lomba fashion show, dan banyak lagi. Pokoknya setiap ikut lomba pasti ada yang juara,” seru Yais.

Di SLB Kusuma Bangsa, terdapat 22 murid berkebutuhan khusus. Mulai dari tuna rungu, tuna wicara, tuna rahita ringan, tuna daksa dan lainnya.

“Itu terbagi, SMA 3 orang, SMP 3 orang dan sisanya 16 orang itu murid SD. Yang paling tua ada, itu SMA umurnya 28 tahun atau kelahiran 1989,” jelas Yais.

Sekolah Luar Biasa (SLB) Kusuma Bangsa Kendari

Di sekolah, murid-murid berkebutuhan khusus itu diajari banyak hal. Mulai dari keterampilan, cara berbicara yang baik, cara makan, mandi, wudu, sholat hingga cara bersosialisasi.

“Semua diajarkan, intinya kita mengajar mereka untuk mandiri. Nanti juga akan diajar untuk mengayam, buat pot bunga, siapa tau nanti bisa jadi usaha buat mereka,” harapnya.

# Pengalaman Selama Mendirikan SLB Kusuma Bangsa

Meski akses jalan menuju lokasi SLB Kusuma Bangsa sangat sulit, tidak mengurungkan niat Yais untuk membangun sekolah itu. Katanya dia justru lebih tertantang, melewati jalan berlubang, licin, mendaki dan melawati hutan belantara setiap harinya.

Lokasi SLB Kusuma Bangsa memang berada di tengah hutan, di atas bukit yang lumayan curam. Jalanannya pun masih berbentuk tanah kuning bebatuan, dengan tingkat kemiringan yang cukup curam. Perlu kehati-hatian dan skill mempuni, untuk melewati jalan menuju sekolah milik Yais.

“Ibu kepala sekolah sudah beberapa kali jatuh di situ, bahkan saya dalam setahun itu hampir 4 kali ganti ban mobil. Dan kalau musim hujan, mobil saya simpan di bawah, tidak berani naik karena licin dan sangat berbahaya,” serunya.

Kini bagi Yais hal paling utama yang dia butuhkan hanyalah semangat, dan konsistensi untuk terus memajukan SLB Kusuma Bangsa. Meski kadang merasa letih dan jenuh, namun disisi lain Yais terus memikirkan murid-muridnya yang butuh pendidikan dan sudah merasa nyaman bersekolah.

Dia hanya berharap, kedepan pemerintah bisa membantunya memajukan SLB Kusuma Bangsa. Tentu juga membantu membangun akses jalan, serta memperbaiki struktur bangunan sekolah demi memberi rasa nyaman murid-murid untuk terus belajar.

“Apalagi kalau hujan ini, tanah-tanah dengan bangunan ruang kelas ini pasti tergerus air hujan. Dan kalau sudah begini, saya pasrah saja. Makanya saya ikat bangunan kelas itu, biar tidak kemana-mana,” kata Yais sambil tertawa.

Salah satu pengalaman Yais selama mengantar jemput murid-muridnya, adalah saat dia mendapati kursi belakang mobilnya telah basah terkena air seni salah satu murid yang di antarnya pulang.

“Waktu itu saya sudah lapar sekali, setelah saya antar murid-murid pulang saya lalu singgah di pinggir jalan buat makan. Pas berhenti kayak ada bau-bau pipis, setelah saya cek ternyata ada yang kencing di atas mobil. Marah sih, tapi mau bagaimana lagi,” kesalnya. (*)

 


Penulis: Randi Ardiansyah
Editor: Abdul Saban

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini