Menunggu Gagasan Para Cawali

64

Perburuan partai pengusung telah berakhir. Kandidat calon Walikota-Wakil Walikota Kendari mengerucut jadi tiga pasang. Selesai sudah. Adriatma Dwi Putra-Sulkarnain Kadir, Abdul Rasak-Haris Andi Surahman, dan Zayat Kaimoeddin-Suri Syahriah Mahmud.

Berikutnya, publik akan disuguhi akronim dari masing-masing pasangan. Dibuat memiliki makna yang merefleksikan karakter atau visi para kandidat. Banyak hal akan dicocok-cocokkan, yang bisa jadi bukanlah “kepribadian” para kandidat.

Andi Syahrir

Di ruang-ruang wacana, publik akan kembali terlibat debat, diskusi, tengkar, hingga ajakan berkelahi membela dan menjatuhkan para kandidat. Bakal ramai, pastinya.

Yang sepi adalah diskusi dan debat tentang gagasan. Ide. Program. Apa yang akan dibawa oleh para kandidat untuk membangun Kendari? Sejauh ini, wacana yang dibawa oleh tiga calon walikota ini masih sumir. Masih sesuatu yang abstrak.

Tengoklah Adriatma Dwi Putra. Dia membawa jargon “Muda, Mampu, Merakyat”. Akronimnya, 3M. Tidak lebih. Tim pemenangannya seharusnya sudah punya jabaran atas konsepsi 3M itu, lalu dikolaborasikan dengan citra diri dari Sulkarnain sebagai wakilnya.

Kemudian Abdul Rasak dengan membawa tagline “Kendari Peduli, Kendari Bagus”. Gerbongnya pun perlu mengkonkritkan seperti apa “peduli”- nya dan yang bagaimana “bagus”-nya.

Sedangkan Zayat Kaimoeddin dengan “Solusi untuk Semua”. Solusi seperti apa yang ditawarkan Zayat juga harus segera publik tahu.

Sejauh ini, jargon dan tagline yang dibawa-bawa ketiga kandidat walikota ini masih berupa jalinan tiga-empat kata yang dibagus-baguskan. Dampaknya, debat dan disksusi yang berkembang di publik masihlah seputar si A baik dan si B buruk. Bukan tentang apa isi kepalanya.

Untuk hal ini, kita perlu mengapresiasi Ishak Ismail dengan gagasan “Anak Lorong”-nya yang sedikit banyak telah mengutarakan hendak dia bawa kemana Kendari lima tahun ke depan. Kita setuju dengan gagasannya atau tidak, itu soal lain. Yang pasti, isi kepalanya kita sudah tahu. Hanya saja, realitas politik memaksanya terhenti di tengah jalan.

Nah, bagaimana dengan para calon wakil ini? Gagasan apa yang mereka bawa? Boro-boro gagasan, mereka barangkali belum lagi hilang kagetnya setelah secara dadak-dadakan didaulat menjadi calon wakil walikota.

Sulkarnain, misalnya. Alih-alih menyebarluaskan gagasannya, selama ini dia lebih banyak “tiarap” untuk menjaga suasana tetap “adem” karena berbagai pergesekan kepentingan, baik internal partainya maupun dinamika partai pengusung lainnya.

Lalu, Haris Andi Surahman. Namanya malah baru terdengar lagi setelah Golkar di detik-detik terakhir merangkul Abdul Rasak. Bahkan, nyaris saja dia disingkirkan oleh Andi Musakkir Mustafa di penghujung perburuan. Mana sempat dia mengkonstruksi ide-ide pembangunannya secara serius.

Suri Syahriah Mahmud. Bahkan ketika duduk melamun pun, anggota DPRD Kendari ini mungkin sama sekali tidak pernah membayangkan dirinya terseret di kancah pilwali dan menjadi orang penting dalam kontestasi ini.

Oleh karena realitas inilah, maka waktu lima bulan ke depan, think tank para kandidat harus mengambil peran besar menebarkan gagasan mereka. Dengan demikian, ruang debat dan diskusi di publik menjadi ajang pertarungan gagasan, perang ide, dan perbandingan program-program pembangunan. Meminimalisir debat-debat yang menjurus pada tertanamnya rasa benci dan amarah yang tidak perlu.

Selamat datang para kandidat walikota-walikota. Selamat mempertarungkan gagasan. Mari kita jaga kota ini tetap kondusif. Mari kita berdialektika dengan gagasan konstruktif tanpa perlu saling melukai. Silakan sebut kecapmu nomor satu, tapi jangan bilang kecapku nomor dua. ***

 

Oleh Andi Syahrir
Penulis merupakan alumni UHO & pemerhati sosial

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini