Napi Positif Covid-19 Meninggal di Lapas Kendari, Kakanwil: Ada Penyakit Bawaan

254
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Kendari
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas II A Kendari

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Seorang narapidana (napi) Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas IIA Kendari berinisial E (61) meninggal dunia di dalam lapas pada Rabu (7/10/2020) sekitar pukul 01.00 WITA dan tiba di Rumah Sakit Bahteramas dua jam berikutnya.

Juru Bicara (Jubir) Satgas Covid-19 Sulawesi Tenggara (Sultra) dr. Laode Rabiul Awal mengatakan, satu dari 71 kasus baru pada 7 Oktober 2020 lalu dari Lapas Kendari. Warga lapas tersebut dinyatakan positif Covid-19 setelah meninggal dunia.

“Meninggal pukul 03.00 dini hari, lalu dilakukan pengambilan swab, pagi hari dilakukan uji swab dari mesin TCM hasilnya positif Covid-19,” ujar dr Laode Rabiul Awal saat dikonfirmasi melalui WhatsApp, Senin (12/10/2020).

Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Sultra, Sofyan membenarkan hal itu. Napi itu, tutur dia, memiliki penyakit bawaan dan usianya sudah di atas 60 tahun

Padahal menurut dia, hasil tes cepat yang dilakukan di lapas terhadap almarhum hasilnya nonreaktif, namun saat uji usap di Rumah Sakit Bahteramas hasillnya positif Covid-19. Sofyan mengeluhkan sulitnya merawat warga binaan yang sakit-sakitan.

“Seandainya ada aturan yang mengatakan uzur bisa bebas, dibebaskan daripada bikin susah saja, bikin susah kementerian, kita bukan rumah sakit, cuma lembaga pemasyarakatan, tidak mengurus orang sakit, gitu kan,” ujar Sofyan saat ditemui di kantornya, Senin (12/10/2020).

Ia sendiri malah mengasihani pegawainya. Sebab, mengurus dan merawat warga binaan tersebut sampai meninggal dunia. Apalagi anak buahnya kata dia, bukanlah perawat, ditambah lagi napi itu sudah sakit parah sampai buang air besar di pembaringannya.

“Ini (lapas) bukan rumah sakit, saya sampaikan ke petugas saya, kau sabar, ini kemanusiaan,” ujarnya.

Anak almarhum yang enggan disebutkan namanya mengecam pihak Lapas Kendari. Pasalnya, dalam kondisi sakit parah ayahnya tidak terurus dengan baik. Petugas hanya meletakkan korban di dalam klinik tanpa diasupi infus.

Ia mengaku, beberapa jam sebelum ayahnya meninggal, dirinya sempat membesuk dan bertemu langsung. Petugas lapas mengizinkannya masuk untuk memandikan orang tuanya. Saat itu ia memang membawa air minum dan baju pengganti.

“Kondisinya sudah sulit bergerak, tergeletak dalam klinik, kurus kering, saya coba bangunkan cuma dia buka mata lihat saya baru dia tutup kembali, terus saya angkat dibantu oleh tahanan yang lain lalu saya mandikan,” beber dia.

Korban berusaha diberi minum tapi sudah tidak bisa menelan. Ayahnya pun sudah tidak mampu lagi makan. Ia mengaku, pihak lapas memang sempat merawat ayahnya di Rumah Sakit Aliyah dan dinyatakan sembuh pada dua pekan lalu. Sehingga dikembalikan di dalam lapas.

Namun, saat kondisi memburuk sebelum meninggal, ia menyayangkan petugas lapas yang tidak langsung melarikan ke rumah sakit. Bahkan, di dalam klinik tidak ada petugas medis dan tidak diberikan infus meski ia telah minta.

“Di klinik itu hanya memisahkan antara napi yang sakit dan sehat. Tidak ada petugas medis dan tidak ada infus, padahal ayah saya sudah tidak bisa makan seharusnya diinfus,” ucapnya. (A)

 


Reporter: Fadli Aksar
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini