Nasehat Seorang Miliarder

35
Andi Syahrir
Andi Syahrir

Jika definisi seseorang disebut miliarder adalah pemilik uang bermiliar-miliar, berarti beberapa hari yang lalu saya mendapatkan nasehat dari seorang miliarder. Saya dan beberapa orang-orang yang kebetulan mendengarkan kata-katanya, yang kuanggap sebagai nasehat.

Andi Syahrir
Andi Syahrir

Dia memberi nasehat tentang sesuatu yang remeh temeh. Tentang berbelanja pakaian. Dirinya, ujar dia, lebih senang mengenakan pakaian-pakaian murah. Asal rapi. Asal sopan. Demikian katanya saat beberapa orang mengomentari kaos yang dikenakannya.

Dia punya kaos yang harganya sepuluh juta. Dia juga mengakui punya jas yang harganya delapan puluh juta. Juga pakaian dan aksesoris lainnya yang harganya selangit. Tapi dikenakannya sekali-sekali. Kenapa? Kalau saya mengenakannya setiap saat maka orang-orang akan berkata, ‘oh, masa orang seperti dia pakaiannya hanya itu-itu saja.’

Orang-orang tidak pernah peduli seberapa mahal pakaian yang kita kenakan. Jadi, untuk apa kita membeli mahal-mahal yang tujuannya membangga-banggakan diri ke orang, dan celakanya orang tidak peduli tentang itu.

Dia menyarankan agar jangan silau dengan barang-barang seperti pakaian, tas, sepatu, dan sebagainya. Dicontohkannya, bayangkan kalau uang delapan puluh juta itu dijahitkan jas yang harga tiga juta saja saja. Hampir tiga puluh jas.

“Ketika Anda ke pesta keluarga mengenakan jas secara bergantian selama hampir tiga puluh kali, orang akan bilang ‘wah, luar biasa bapak ini. Jasnya ganti terus tiap hari.’ Bandingkan dengan saya yang punya satu jas seharga delapan puluh juta, pasti akan dibilangkan, ‘masa jasnya hanya itu-itu saja’,” ujarnya terbahak-bahak.

Dia lalu berfilosofis. Ini yang kutunggu-tunggu dari kelakar-kelakar ringannya. Dalam hidup ini, kata dia, tolok ukur kekayaan itu sesungguhnya bukan soal apa yang kita kenakan. Tapi apakah kita bisa membayar makanan ketika kita makan di restoran, membayar uang sekolah anak-anak kita, atau membayar biaya rumah sakit ketika kita dan keluarga sakit. Jadi, tidak perlu beli barang yang mahal-mahal. Lebih baik kita bikin pesantren. Lebih baik kita bersedekah.

Saya terdiam menyerap kalimatnya. Mengendapkannya dalam hati. Dan berniat menuliskannya ketika ada kesenggangan waktu. Membaginya ke orang-orang, lalu berharap mereka yang ingin kelihatan kaya dengan pakaian mahal, tapi harus mengutang beras untuk makan sehari-hari, bisa meluangkan waktu membacanya.

Ini nasehat dari orang kaya. Seorang miliarder. Dia tinggal di Kendari. Di dekat kita.***

 
Oleh : Andi Syahrir
Penulis Merupakan Alumni UHO & Pemerhati Sosial

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini