Noe’, Energi Dahsyat yang (Terlihat) Diam

220
Andi Syahrir
Andi Syahrir

Dalam bahasa daerah Selayar di Sulawesi Selatan, ada kosakata khas untuk menjelaskan sesuatu yang terlihat diam tapi sesungguhnya bergerak dengan energi besar. Gasing yang berputar dengan kecepatan tinggi dan diam pada tempatnya, dalam bahasa Selayar disebut noe’ atau a’noe’.

Baling-baling pesawat yang berputar kencang terlihat seolah-olah tak bergerak. Padahal, saking kencangnya gerakannya, maka terlihat diam. Sayap lebah seakan diam, padahal gerakannya dalam satu kepakan sayap hanya butuh delapan milidetik, atau dengan kata lain, delapan ribu kali dalam satu detik.

Tidak mengherankan jika sesuatu yang diam atau terlihat diam banyak dijadikan perumpamaan atau pepatah. Diam adalah emas. Air yang tenang menghanyutkan. Air tenang jangan disangka tak berbuaya. Semuanya menunjukkan bahwa sesuatu yang diam atau terlihat seolah-olah diam itu memiliki energi atau nilai yang besar.

Pada kancah politik elektoral, polarisasi kekuatan tidak semata berkutub pada kandidat yang sedang berkompetisi. Ada kekuatan besar yang terus memilih diam atau bahkan sama sekali tidak akan ambil bagian hingga kompetisi selesai.

Mereka adalah pemilih independen yang sering diasosiasikan sebagai swing voter. Meskipun sesungguhnya pengertian swing voter sendiri merujuk pada kelompok pemilih yang pada kontestasi politik sebelumnya mendukung A, tetapi pada kontestasi berikutnya dapat berubah mendukung B. “Ketidakloyalan” inilah yang membuatnya terlihat independen.

Sebuah artikel di pinterpolitik.com mengutip tulisan dari dua pakar politik Amerika Serikat berjudul Independent Politics: How American Disdain for Parties Leads to Political Inaction. Keduanya masing-masing adalah Samara Klar (University of Arizona School of Government and Public Policy) dan Yanna Krupnikov (Stony Brook University).

Dalam tulisannya, mereka membagi dua kelompok independen (swing voter) itu. Pertama, mereka yang benar-benar tidak tertarik pada politik dan pemilu. Kedua, apa yang mereka sebut sebagai independent leaner, yang memiliki kecenderungan preferensi politik.

Dalam konteks Pemilu Amerika Serikat 2016, menurut Samara Klar-Yanna Kruonikov, perbandingan independent murni dan independent leaner di Pemilu 2016 adalah 25 berbanding 75 persen.

Pada titik tertentu, golongan independent leaner ini dapat berperilaku seperti partisan politik. Tapi mereka memiliki nilai lebih karena mampu menuntun banyak orang yang tadinya apatis untuk berpartisipasi dalam politik.

Di Indonesia, pada pilpres maupun pilcaleg, para kontestan beserta seluruh tim sukses, dan simpatisannya berupaya keras memperebutkan “kue” kelompok independen ini.

Mereka adalah kelompok yang terlihat diam –atau terlihat tidak memiliki pilihan– tapi sesungguhnya memiliki energi besar untuk mengubah peta kemenangan.

Jadi, jangan remehkan fenomena noe’ di dunia politik elektoral. Karena diamnya boleh jadi hanya karena tak mau bergaduh. Atau tak mau sekadar mengeluarkan bunyi. Atau tidak ingin diketahui dia memilih apa atau siapa.***

 

Oleh : Andi Syahrir
Penulis Merupakan Alumni UHO & Pemerhati Sosial

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini