Perkuliahan Lumpuh, Mahasiswa STAI YPIQ Baubau Mengeluh

797
STAI YPIQ Baubau
STAI YPIQ Baubau

ZONASULTRA.COM,BAUBAU– Selama dua minggu ini Nur Fadilah tidak berkuliah. Ini buntut dari lumpuhnya perkuliahan di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Yayasan Pendidikan Islam Qaimuddin (YPIQ) Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Nur Fadilah, merupakan mahasiswa semester lima. Di STAI YPIQ Baubau ia membayar Rp 700 ribu per semester. Ia merasa dirugikan karena lumpuhnya perkuliahan tersebut.

Saban hari ke kampus, Fadilah hanya menganggur. Nongkrong bersama kawan lain, menunggu tak pasti kapan dosen datang mengajar. Kata dia, pihak kampus tidak menjelaskan kapan kuliah akan normal. Mahasiswa datang, dosen tidak ada. Fadilah menunggu kepastian.

“Tidak ada pemberitahuan dari kampus soal kuliah diliburkan. Kita cuma datang-datang saja di kampus, hanya tidak belajar,” terang wanita bertubuh mungil itu kepada awak media, Rabu (6/11/2019).

Lumpuhnya perkuliahan juga dirasakan Kisti. Mahasiswa semester lima jurusan Pendidikan Agama Islam ini lantas mengeluh. Katanya, orang tuanya sudah rugi. Dia merincikan biaya sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) yang selama ini diberikan ke pihak STAI YPIQ Baubau.

(Baca Juga : Enam Mahasiswa STAI Baubau Kena DO)

“Saya sangat dirugikan karena itu saya sudah membayar. Orang tua saya menghabiskan uangnya untuk biaya kuliah, per semester itu Rp700 ribu,” ujarnya wanita ini dengan nada tinggi.

Baik Fadilah maupun Kisti, sama-sama ingin pihak senat dan pihak yayasan berdamai. Dengan begitu perkuliahan kembali normal dan nasib sekitar 700 mahasiswa STAI YPIQ Baubau akan pasti.

Perkuliahan lumpuh buntut dari tarik menarik kepentingan antara pihak yayasan dan senat kampus. Pada 20 Oktober 2019 lalu senat mengadakan pemilihan ketua STAI yang baru. Muchammad Tasdik mengantongi mayoritas suara senat, dan terpilih lagi.

Keputusan senat kemudian ditentang Ketua Yayasan, Muchtasar Ntewo. Kemudian secara sepihak dia menunjuk Pj Ketua STAI YPIQ Baubau, Abdul Majid menggantikan Muchammad Tasdik.

Tarik menarik kepentingan ini merembet pada mahasiswa. Mereka terbelah. Ada pro yayasan dan ada yang pro senat. Kedua kelompok itu sama-sama berdomo, lalu menyegel kampus.

Karena demo tak bisa dikendalikan, Ketua Yayasan bersama dengan Pj Ketua STAI YPIQ Baubau kemudian mengeluarkan surat drop out (DO). Alhasil 31 Oktober 2019, enam orang mahasiswa penentang kebijakan Ketua Yayasan dikeluarkan dari kampus.

Enam mahasiswa itu yakni Asis Diy, Ilwan Saputra, Hardi Kamaru, Muhammad Manuru, Habirun dan Lisdianti Kwaikamtelat. Mereka bahkan mengusir dosen untuk mengajar, juga menyegel kantor dosen. Dari situ kuliah lumpuh.

Hingga saat ini nasib mahasiswa STAI YPIQ Baubau yang ingin normal berkuliah belum pasti. Nasib mereka yang kena DO juga tak pasti.

Saat dikonfirmasi, Ketua Yayasan STAI YPIQ, Muchtasar Ntewo mengatakan kuliah baik-baik saja. Sedangkan mahasiswa yang akan di-DO masih akan diampuni asal berkompromi denga dirinya.

Muchtasar bahkan menyalahkan mahasiswa soal lumpuhnya perkuliahan ini karena telah menyegel kampus. Padahal, baik kesaksian Fadilah maupun Kisti, yang disegel hanya kantor alias ruang dosen dan staf kampus. Sehingga jika dosen hendak mengajar, ruang belajar mengajar baik-baik saja.

“Ruangan belajar tidak segel, yang disegel hanya kantor,” ungkap Fadilah. (B)

 


Kontributor : Risno Mawandili
Editor: Muhamad Taslim Dalma

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini