Persembahan RSUD Bahteramas untuk 10 Tahun NUSA

1606
Persembahan RSUD Bahteramas untuk 10 Tahun NUSA

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bahteramas merupakan salah satu mega proyek yang dibangun pemerintahan Nur Alam dan Saleh Lasata (Nusa) untuk memberikan pelayanan kesehatan secara terpadu bagi masyarakat Bumi Anoa.

Pembangunan rumah sakit ini mulai dibangun secara resmi bersamaan dengan pemasangan tiang pancang oleh Gubernur Sultra Nur Alam pada 6 April 2009 silam. Saat ini RSUD Bahteramas merupakan rumah sakit pusat rujukan di jazirah tenggara Pulau Sulawesi.

Status RSUD Bahteramas adalah terakreditasi Paripurna (Bintang 5) oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) serta sebagai Rumah Sakit Pendidikan Kelas B dan berfungsi sebagai rumah sakit pendidikan bagi dokter, dan tenaga kesehatan lainnya.

RSUD Bahteramas berdiri di atas lahan seluas 17,5 hektar. Luas seluruh bangunan adalah 53,269 m2. Luas bangunan yang terealisasi sampai dengan akhir tahun 2016 adalah 35,410 m2. Pengelompokkan ruangan berdasarkan fungsinya terbagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok kegiatan pelayanan rumah sakit, kelompok kegiatan penunjang medis, kelompok kegiatan penunjang non medis, dan kelompok kegiatan administrasi.

Persembahan RSUD Bahteramas untuk 10 Tahun NUSA Foto alat kesehatan USG 4 Dimensi, Ventilator dan CT Scan 64 Slice

 

Sejak 21 November 2012 RSUD Provinsi Sultra pindah lokasi dari Jalan Dr. Ratulangi No. 151 Kelurahan Kemaraya, Kecamatan Mandonga ke Jalan Kapt. Pierre Tendean No. 50 Baruga, dan berganti nama menjadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bahteramas Provinsi Sultra.

Direktur Utama (Dirut) RSUD Bahteramas dr. Yusuf Hamra mengatakan visi RUSD Bahteramas adalah menjadi rumah sakit unggulan dalam pelayanan kesehatan rujukan, pendidikan dan penelitian di Sultra tahun 2018.

Untuk mencapai visi tersebut diterjemahkanlah ke dalam empat misi yaitu meningkatkan pelayanan kesehatan prima berlandaskan etika profesi, menyelenggarakan pendidikan profesi dokter, pendidikan kesehatan lainnya serta pelatihan dan penelitian, mengembangan sarana dan prasarana untuk menunjang rumah sakit pendidikan dan meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dan kesejahteraan karyawan.

“Bekerja profesional sesuai dengan aturan itu yang kami kedepankan untuk membenahi rumah sakit ini. Saya memegang teguh pesan bapak Nur Alam yang meminta saya memperbaiki SDM manajemen dan sistem rumah sakit yang selama ini selalu menjadi kritikan masyarakat sehingga rumah sakit tidak berkmbang,” pungkasnya.

Tak bisa dipungkiri, di bawah kepemimpinan dr. Yusuf Hamra yang belum genap dua tahun menjabat sejak ditetapkan sebagai Plt Dirut RSUD Bahteramas, Rabu (28/9/2016) lalu dan didefinitifkan sebagai Dirut RSUD Bahteramas pada Senin (27/11/2017) oleh Plt Gubernur Sultra Saleh Lasata, dokter spesialis penyakit dalam jebolan Universitas Gajah Mada (UGM) ini telah banyak melakukan terobosan guna merubah citra rumah sakit yang dibangun dengan anggaran sekitar Rp478 miliar itu. Terutama perubahan pada pelayanan, sumber daya manusia, peningkatan alat kesehatan dan sarana atau gedung pelayanan medis.

Persembahan RSUD Bahteramas untuk 10 Tahun NUSA Foto Landscape kolam, landscape parkir dan sungai

 

Sebelumnya Saleh Lasata usai menetapkan dr.Yusuf Hamra sebagai Plt Dirut mengungkapkan harapannya agar peningkatan pelayanan di rumah sakit dapat lebih ditingkatkan. Pasalnya, masalah pelayanan kesehatan masyarakat merupakan salah satu hal terpenting dalam pembangunan kesejahteraan masyarakat.

“Apalagi visi misi kami bersama Pak Gubernur dari awal masa jabatan kesehatan merupakan satu hal terpenting yang menjadi prioritas kami. Jadi peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat itu penting,” ungkap Saleh Lasata dalam sambutannya.

Komitmen memberikan perubahan pada rumah sakit itu ditujukkan pihaknya saat perayaan HUT RSUD Bahteramas ke-47 dan ke-5 tahun relokasi, di mana di momen tersebut pihaknya mengenalkan sejumlah alat dan pelayanan medis terbaru milik rumah sakit. Yusuf Hamra menyebut ini sebagai kado untuk masyarakat Sultra.

Yang pertama dikenalkan adalah pelayanan hemodialisis atau cuci darah. Menurut Yusuf, layanan ini baru ada di RSUD Bahtermas saat usia Sultra sudah menginjak 53 tahun. Ia mengakui ini sangat terlambat, namun tidak ada kata terlambat demi memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat Sultra.

“Saat ini RSUD Bahteramas memiliki enam mesin hemodialisis yang beroperasi dari pukul 07.00 Wita hingga pukul 24.00 Wita,” terang Yusuf Hamra saat menggelar konferensi pers di RSUD Bahteramas, Kamis (19/10/2017).

Yusuf melanjutkan, RSUD Bahteramas juga sudah menggunakan teknik bedah laparoskopi. Dengan teknik ini, saat membedah pasien dokter tak perlu lagi membuat sayatan besar. Cukup sayatan kecil saja, melalui sayatan tersebut kemudian dimasukkan alat laparoskop, yaitu sebuah tabung kecil yang memiliki kamera. Kamera itu akan memperlihatkan kondisi di dalam rongga perut dan panggul pada sebuah monitor sehingga memudahkan dokter melakukan operasi.

Persembahan RSUD Bahteramas untuk 10 Tahun NUSA foto laparascopy dan operasi mata menggunakan feco emulsifikasi

 

“Kalau dulu kan harus dibelah, sekarang sudah tidak lagi. Hanya ditusuk di beberapa titik saja. Dokternya bekerja kayak main game, ada monitornya. Jadi pasca operasi yang terlihat di perut pasien hanya tiga titik, bukan sayatan besar,” ungkapnya.

Alat canggih tersebut dibeli dari Dana Alokasi Khusus (DAK). Yusuf menyebut alat laparoskop yang dimiliki RSUD Bahteramas lebih canggih daripada yang dimiliki Rumah Sakit Wahidin Makassar. Selain itu, saat ini RSUD Bahteramas juga didukung tenaga medis urologi yang dibekali dengan alat canggih terbaru. Masyarakat Sultra kini sudah bisa melakukan operasi prostat di RSUD Bahteramas.

Data Statistik RSUD Bahteramas:

1. Gedung Master Plan 2010

Gendung administrasi dengan luas 6.349 m2 dua lantai, Intalasi Gawat Darurat luas 1.796 m2, Instalasi Rawat Jalan luas 7.884 m2, Radiologi 1.042 m2, Central Sterile Supply Department (CSSD) dan Rekam Medik 943 m2, Instalasi Bedah Sentral (IBS) 1.849 m2, VK 1.787 m2, Farmasi, Rahab Medik dan Lab 4.429 m2, Ruangan Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan Pediatric Intensive Care Unit (PICU) 1.2211 m2, IRNA VIP 7.128 m2 dua laintai, IRNA Kelas 1 2.680 m2 dua lantai.

Kemudian IRNA Kelas II 1.253 m2, IRNA Kelas III 4.282 dua lantai, IRNAP VVIP 520 m2, Laundry 678 m2, Instalasi Gizi 842 m2, Pemulasaran Jenazah 286 m2 dan Masjid 1.681 m2. Sedangkan 4 gedung lainnya Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS) 630 m2, Sanitasi 286 m2, Diklat 1.003 m2 dan Gudang 322 m2 dalam proses pembangunan.

2. Penambahan gedung tahun 2017 di luar master plan 2010

Pada tahun 2017 dilakukan penambahan bangunan dan kapasitas fasilitas rumah sakit yang tidak masuk dalam master plan awal sebanyak 8 gedung. Kedelapan gedung tersebut adalah Gedung Khusus Isolasi 567 m2 dengan kapasitas pelayanan 15 tempat tidur (TT), Hemodialisa kapasitas pelayanan 20 TT, Unit Tranfusi Darah (UTD) 136 m2, Kemotherapi 580 m2 kapasitas 15 TT, PICU 243 m2 kapasitas 12 TT, landscape taman dan kolam 144,3 m2, landscape penataan sungai, parkir dan pedestrian 1.655,83 m2 dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Untuk menambahkan usur kedaerahan di RSUD Bahteramas Provinsi Sultra sejumlah nama gedung pun diubah dari nama umum yang sering dipakai rumah sakit menjadi bahasa daerah.

Diantaranya Gedung Administrasi menjadi Laika Mbu’u artinya rumah induk, Gedung IRNA VIP Anggrek menjadi Laika Mendidoha artinya rumah sehat, Gedung Mawar menjadi Lambu Barakati artinya rumah diberkahi, Gedung Asoka menjadi Raha Mongkilo artinya rumah bersih.

ICU/ICCU menjadi Banua Poago artinya rumah berobat, NICU menjadi Laika Peroha yanga artinya sama dengan Banua Poago, Delima menjadi Tumbu Dadi artinya tumbuh kembang anak, Hemodialisa menjadi Tambi Baho Kasamba yang artinya pertemuan air kali tiga cabang yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit dari bahasa Wawonii. Kemotherapi menjadi Te Tampa I’DOA artinya tempat kehidupan bahasa Wanci, PICU menjadi Raha Sangia Lombo-lombo artinya pengobatan jaman dulu agar kuat dan sehat bahasa Tolaki Mekongga. Sedangkan gedung IRNA kelas III yang baru berdiri di 2016 dinamakan Laika Waraka yang artinya rumah sehat.

3. Fasilitas

Selain itu adapula penambahan fasilitas dan peralatan kedokteran pada tahun 2017 yaitu Catheterization Laboratory (Cath Lab), Cath Lab merupakan ruang pemeriksaan yang dilengkapi dengan alat pencitraan (imaging) untuk mendiagnostik dan atau mengintervensi/ menterapi penyakit yang berhubungan dengan sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah).

Persembahan RSUD Bahteramas untuk 10 Tahun NUSA foto low temperatur, IPAL dan Bahteramas Mart

 

Alat kesehatan Laparascopy (digestive) yang digunakan untuk operasi perut dengan menggunakan monitor/kamera. Keuntungannya adalah luka operasi sangat kecil sehingga minim komplikasi. Laparascopy (urologi) digunakan untuk operasi di daerah saluran kencing dan ginjal dengan menggunakan mointor. Keuntungannya adalah luka operasi sangat kecil bahkan tidak ada sehingga minim komplikasi.

Feco Emulsifikasi digunakan untuk operasi katarak dengan menimalisir luka operasi, USG 4 Dimensi alat ini digunakan untuk kelainan organ tubuh dan janin dengan bentuk tampilan dimonitor 4 dimensi. Ambulance VVIP, kendaraan ini digunakan untuk pengawalan tamu VVIP (Presiden dan Wapres), IPAL digunakan untuk pengelolaan limbah cair, Sterilisasi Alat (Low Tempeartur) digunakan untuk mensterilkan alat-alat terbuat dari plastik yang tidak bisa disterilkan dengan suhu rendah serta ventilator digunakan alat bantu nafas bagi pasien yang mengalami kesadaran menurun koma.

4. Perawatan

Jumlah kunjungan rawat jalan dari tahun 2012-2017 juga mengalami peningkatan tiga tahun terakhir dengan menggunakan layanan Badan Pelayanan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Tahun 2015 ada 120.958 pasien, tahun 2016 meningkat menjadi 129.359 pasien dan tahun 2017 juga meningkat menjadi 143.566 pasien.

Kemudian kunjungan rawat inap dari tahun yang sama juga mengalami peningkatan tiga tahun terakhir dengan menggunakan BPJS Kesehatan. Tahun 2015 ada 12.109 pasien, tahun 2016 ada 13.441 pasien dan tahun 2017 ada 15.434 pasien.

5. Pendapatan

Pendapatan RSUD Bahteramas mengalami peningkatan selama tiga tahun terakhir. Di mana tahun 2015 mencapai Rp59 miliar atau lebih Rp4 miliar dari target Rp55 miliar. Tahun 2016 meningkat Rp78 miliar atau lebih Rp10 miliar dari target Rp68 miliar serta tahun 2017 meningkat Rp91 miliar. Angka ini melebihi target Rp7 miliar dari Rp84 miliar.

Jamkesda Bahteramas:

Terlepas dari itu semua, satu hal yang selalu ditekankan dr.Yusuf Hamra yaitu pihak rumah sakit menjamin tidak ada alasan untuk menelantarkan pasien yang berobat atau dirawat oleh tim medis apapun alasannya. Masalah yang biasa ditemui yaitu terkendala pembayaran biaya perawatan dan pengobatan.

“Kami tidak mungkin begitu saja menelantarkan pasien jika belum atau tidak dapat menebus biaya perawatan, itu sangat tidak etis. Hal tersebut juga merupakan tugas kami untuk memberikan pelayanan,” tukasnya.

Berdasarkan SOP, langkah awal yang akan dilakukan RSUD Bahteramas jika ada pasien yang tidak dapat membayar biaya perawatan dan pengobatan, pihaknya akan meminta penjelasan dari pasien apakah memiliki kartu jaminan kesehatan atau ada pihak lain yang akan menebus biayanya. Seperti Kartu Indonesia Sehat (KIS), BPJS Kasehatan atau Jamkesda Bahteramas atau bantuan lain dari pemda setempat.

“Kita coba dulu tanya, apa ada KIS kalau ada otomatis dibayar oleh negara, kalau ada BPJS sama juga berarti ada yang menjamin. Kalau sama sekali tidak ada yang akan membayar secara otomatis ini akan menjadi urusan kami pemda. Dan itu sudah kami lakukan selama ini,” ungkap Yusuf.

Persembahan RSUD Bahteramas untuk 10 Tahun NUSA foto gedung kemoterapi, Unit Tranfusi Darah (UTD), Isolasi dan PAUD

 

Jamkesda Bahteramas selama ini telah memberikan kontribusi lebih terhadap masyarakat Sultra yang tidak memiliki biaya dalam mengakses layanan kesehatan. Jaminan ini ibarat pelampung yang disediakan pemda untuk berjaga-jaga jika saja ditemukan pasien yang tidak mampu.

Tahun 2016 penyaluran Jamkesda Bahteramas mencapai 405 kartu di 13 kabupaten/kota yaitu Kota Kendari 164 orang, Kabupaten Konawe 66 orang, Konawe Selatan (Konsel) 90 orang, Konawe Kepulauan (Konkep) 3 orang, Konawe Utara (Kont) 11 orang, Kolaka Timur (Koltim) 10 orang, Kolaka 17 orang, Bombana 22 orang, Muna 13 orang, Buton Utara (Butur) 1 orang, Buton 4 orang, Baubau 1 orang dan Muna Barat (Mubar) 3 orang.

Sedangkan tahun 2017 jumlahnya menurun hingga November sebanyak 199 orang. Terbanyak dari Kota Kendari 75 orang, Konsel 45 orang, Konawe 32 orang, Muna 13 orang, Koltim 11 orang, Kolaka 10 orang, Bombana 4 orang, Wakatobi, Mubar masing-masing 3 orang, Konut 2 orang dan Konkep 1 orang. (Adv)

 

 

1 KOMENTAR

Tinggalkan Balasan ke Samier Effendy Batal membalas

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini