Ritual Pedole-dole, Imunisasi Massal dalam Gelaran Festival Budaya Tua Buton

1147
Ilustrasi Pedole-dole masyarakat Buton (Foto : Internet)

ZONASULTRA.COM,PASARWAJO– Tradisi Pedole-dole atau Imunisasi tradisional masyarakat Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra) adalah ritual yang dipercaya bisa tangkal segala macam bala dan penyakit.

Oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Buton tradisi Pedole-dole diadakan setiap tahunnya yang dirangkaian dalam Festival Budaya Tua Buton. Gelaran ini sendiri telah masuki pelaksanaan ke-VII tahun 2019 ini.

Ritual Pedole-dole ini diperuntukan bagi anak umur di bawah lima tahun. Biasanya dalam Pedole-dole juga disertakan dengan pemberian nama pada anak. Ritual ini sudah turun temurun selama ratusan tahun.

Tradisi ini bermula ketika anak petinggi di Kesultanan Buton masa lalu, bernama Betoambari, sakit-sakitan. Di dalam meditasinya sang Sultan mendapat perintah untuk menggelar Pedole-dole.

Dan benar saja, setelah melewati proses Pedole-dole, anak itu sembuh dan tumbuh sehat. Sehingga, kala itu, sultan memerintahkan untuk melaksanakan Pedole-dole kepada semua anak.

Masyarakat Buton terkenal teguh dalam menjalankan tradisi, sehingga Pedole-dole terus dilestarikan. Ritual ini terus dilaksanakan pada bulan Rajab, Syawal atau setelah Idulfitri.

(Baca Juga : Ratusan Wisman Bakal Berkunjung ke Festival Budaya Tua Buton 2019)

Keteguhan masyarakt Buton dengan tradisi ini dicatat Mpu Prapanca dalam kitab Nagarakretagama. Secara khusus ia menyebut, suku Wolio, suku terbesar di Buton sangat teguh pada adat istiadatnya. Ia menyebutnya Kisah Buton Banggawi abad ke 13 masehi.

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih

Dalam ritual Pedole-dole, hal terpenting adalah telur, alas daun pisang dan minyak kelapa. Telur diyakini bahwa seorang anak mudah menemukan jodoh saat dewasa. Daun kering dan minyak bertujuan agar anak lebih kuat, terhindar dari penyakit.

Digelar Masal Sejak 2014

Untuk menjaga turun temurun tradisi Pedole-dole, Pemerintah Kabupaten Buton sejak tahun 2013 telah rancang penyelenggaran Pedole-dole secara massal, dan masuk dalam rangkaian pelaksanaan Festival Budaya Tua.

Festival Budaya Tua buton
Ritual Pidole Dole

Kemudian, pada awal pelaksaannya 23 Agustus 2014, ritual ini dapat pengakuan oleh Museum Rekor Indonesia (MURI). Dengan peserta yang ikut sebanyak 1.446 balita. Saat itu Buton dinahkodai Samsu Umar Abdul Samiun selaku Bupati.

Ritual ini sejatinya boleh dilaksanakan di manapun tempatnya juga tidak dibatasi jumlah anaknya. Asal syarat umur di bawah lima tahun juga kelengkapan lain macam telur, minyak, daun pisang serta syarat lain terpenuhi.

Hanya saja, untuk menghemat biaya, kini warga Kabupaten Buton, selalu menunggu Festival Budaya Tua Buton untuk Pedole-dole anaknya.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Buton, La Ode Zainuddin Napa, tahun 2019 ini ribuan anak akan ikut Pedole-dole. Mereka dari seluruh desa dan kelurahan di Kabupaten Buton. Belum pasti data detail jumlah peserta yang didapatkan Dispar.

BACA JUGA :  Hakim Perempuan di PN Andoolo Ungkap Keresahan, dari Minim Fasilitas hingga Rentan Intervensi

“Pedole-dole itu, berdasarkan tradisi Buton, adalah tradisi untuk menambah kekebalan tubuh. Kalau sekarang imunisasi istilahnya. Kalau dulu di Buton sudah ada itu,” ujarnya, Sabtu (3/8/2019).

(Baca Juga : Laoti dan Waoti, Duta Daerah yang Dipilih di Festival Budaya Tua Buton)

“Tahun ini Insyaallah ada ribuan anak yang akan ikut. Itu harapan kita. Apa lagi Festival Budaya Tua Buton ini milik seluruh masyarakat Buton,” lanjutnya.

Rangkaian acara Festival Budaya Tua Buton sendiri yakni Buton Ekspo, Pedole-dole, Tandaki, Sunatan Massal, Pingitan massal 219 gadis remaja, Pekande-kandea sebanyak 2019 talang. Dan ditambah pemilihan La Oti dan Wa Oti. Gelaran ini akan berlangsung selama lima hari mulai siang dan malam, dari 19-24 Agustus.

(Baca Juga : 5.000 Penari Kolosal Bakal Meriahkan Festival Budaya Tua Buton)

Pemerintah Kabupaten Buton berharap banyak dengan Festival Budaya Tua Buton 2019 dapat alah merekatkan masyarakat.

“Generasi Buton sekarang harus tau ciri khasnya. Bagaimana kita hidup harmoni dalam masyarakat. Kalau dilihat, oh ini masyarakat Buton, dari prilaku dan kehidupan sosialnya,” imbuhnya. (a/SF)

 


Penulis : M6
Editor : Kiki

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini