Sebelum Tersambar Petir, Korban Sani Sempat Terlihat Tanpa Kepala

104
Berteduh Dari Hujan, Tiga Warga Konawe Malah Tewas Tersambar Petir
Ilustrasi

ZONASULTRA.COM, UNAAHA– Banyak orang beranggapan jika seseorang sebelum meninggal dunia ataupun mendapat sebuah musibah kerap menunjukkan tanda-tanda kepada keluarga ataupun orang lain. Hal tersebut juga dialami oleh Juku (62), seorang kakek tua yang tinggal di desa Waworaha, Kecamatan Lambuya, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Berteduh Dari Hujan, Tiga Warga Konawe Malah Tewas Tersambar Petir
Ilustrasi

Lelaki yang kesehariannya bekerja sebagai petani itu bercerita, sebelum kejadian bencana tersambar petir yang merengut tiga nyawa secara bersamaan yang menimpa kerabatnya, ia sempat bertemu dengan korban Sani (39) pada pagi harinya. Saat itu korban bertandang ke rumahnya untuk mengambil sesuatu sebelum ke sawah.

Secara tidak sengaja dirinya memandang korban Sani dengan kondisi yang sangat aneh yakni tidak memiliki kepala, bahkan ia sempat bertanya kepada korban siapa kamu?, sebab ia tidak melihat anggota badan korban mulai dari leher hingga kepala.

“Pas dia sebut namanya saya diam dan mengosok-ngosok mataku, saya pun tidak menhiraukannya lagi, nanti setelah dia (Sani) pergi baru saya bertanya sama anak saya, siapa tadi yang datang, kenapa tidak ada kepalanya. Anak saya menjawab itu Om Sani,” kata lelaki yang sudah memiliki 6 orang cucu, saat ditemui di rumah duka, Kamis (25/2/2015).

Korban Sani bersama dengan Amiruddin (35) dan Ambo Tuo (60), menjadi korban musibah tersambar petir saat tengah berteduh di gubuk milik Baba, usai bekerja di sawah. Saat itu ketiga korban bekerja di sawah milik korban Ambo Tuo. Pada sore harinya sekitar pukul 15:00 Wita, cuaca di Kecamatan Lambuya mendung, tidak lama kemudian hujan disertai angin kencang menguyur wilayah tersebut. (Artikel terkait : Berteduh Dari Hujan, Tiga Warga Konawe Malah Tewas Tersambar Petir)

Ketiga korban akhirnya memutuskan untuk berhenti bekerja dan mencari tempat perlindungan agar tidak terkena hujan. Alih-alih mencari perlindungan, ketiganya malah terkena musibah yang membuat nyawa mereka hilang.

Kepala Desa Waworaha, Ayuruddin tidak menyangka jika hujan deras disertai angin dan bunyi petir yang terjadi kemarin telah menghilangkan dua nyawa warganya dan satu orang warga Desa Tanggobu (tetangga desa Waworaha). Sebab kejadian tersebut tidak pernah ia dapati.

“Sekitar pukul 16.30 Wita mulailah ada petir, pertama itu tidak terlalu nyaring, nanti petir yang kedua itu yang paling nyaring, dan kemungkinan itumi yang kena mereka (korban),” ujar Ayuruddin kepada awak zonasultra.id

Ketiga korban ditemukan oleh Aris (25) saat hendak memeriksa saluran pengairan di sawahnya. Ia pun langsung melaporkan kejadian itu ke Kepala Desa (Kades) setempat dan juga pihak kepoilisian sektor (Polsek) Lambuya.

“Saat mereka (polisi) datang, mereka sempat meminta untuk dilakukan autopsi, namun keluarga menolak karena kata mereka itu sudah sangat jelas musibah, sehingga tidak perlu lagi ada autopsi, terlebih semua biaya bukan kepolisian yang akan tanggung melainkan keluarga korban,” imbuhnya.

Ketiga korban disemayamkan di rumah masing-masing dan dimakamkan di belakang rumah mereka. Atas kejadian ini warga desa itu kini masih merasa trauma dan tak percaya atas kejadian ini.

Untuk diketahui, pada Rabu (24/02/2016) kemarin sekitar pukul 16.30 Wita, tiga warga desa Waworaha, kecamatan Lambuya, meninggal dunia akibat tersambar petir saat berteduh di salah satu gubuk kecil, jazad ketiga korban hampir tidak bisa dikenali karena sebahagian kondisi tubuh mereka hangus terbakar.

 

Penulis : Restu
Editor  : Rustam

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini