Sejarah dan Misteri Terbentuknya Gunung Mekongga Sulawesi Tenggara

6822
Gunung Mekongga
Gunung Mekongga (Sumber Foto : indofadel.com)

ZONASULTRA.COM, KENDARIGunung Mekongga merupakan gunung tertinggi di pegunungan Mekongga yang membentang di sisi utara wilayah Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Kawasan pegunungan ini merupakan jajaran pegunungan verbeck yang puncak-puncaknya terdiri dari jenis batuan karst dataran tinggi. Dengan puncak tertinggi bernama mosero-sero dengan ketinggian 2.620 meter dari permukaan laut (Bakosurtanal) gunung ini merupakan gunung tertinggi di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Secara geologis wilayah pegunungan ini terbentuk dari atol yang terangkat sekitar ratusan juta tahun yang lalu. Fenomena ini kemudian memberi ruang bagi jenis flora dan fauna yang khas yang kemudian menjadi biota endemik yang hanya terdapat di wilayah ini.

Pegunungan Mekongga, juga ideal untuk kegiatan trekking. Titik awal pendakian adalah dari Desa Tinukari di Kecamatan Wawo yang dapat dicapai dengan kendaraan roda empat sekitar empat jam dari Kota Kolaka. Selama perjalanan ke puncak yang butuh 4 hari, para pendaki gunung akan disuguhi suasana hutan tropis yang jarang dijamah orang sampai dengan menyeberangi pertemuan Sungai Mosembo dan Sungai Tinokari.

Menurut sebuah legenda, konon Gunung Mekongga didiberi nama demikian karena merupakan tempat jatuhnya burung garuda raksasa atau Kongga. Burung Kongga mati setelah menyerang negeri Sorume.

Saat itu, seekor burung garuda raksasa tiba-tiba datang ke negeri Sorume (sekarang bernama Kolaka). Burung tersebut membuat kacau seisi negeri. Setiap hari garuda raksasa tersebut mencuri hewan ternak untuk dimangsa. Para penduduk merasa kuatir, jika hal ini dibiarkan lambat-laun hewan ternak mereka akan habis bahkan mungkin garuda raksasa tersebut suatu saat akan memangsa manusia.

Larumbalangi adalah seorang pandai sakti mandraguna. Ia tinggal di negeri Solumba (sekarang Belandete). Larumbalangi memiliki sebilah keris dan selembar sarung pusaka yang dapat digunakan untuk terbang. Penduduk Sorume mengirim utusan ke negeri Solumba, meminta kesediaan Larumbalangi membantu mengusir burung garuda raksasa pengacau negeri mereka.

Tidak lama kemudian para utusan negeri Sorume tiba di negeri Solumba menemui Larumbalangi. Para utusan menceritakan peristiwa yang menimpa negeri mereka pada Larumbalangi. Mereka meminta kesediaannya untuk membantu.

BACA JUGA :  Tenunan Khas Daerah Sultra Tampil di Ajang Indonesia Fashion Week 2024

Larumbalangi kemudian memberikan saran pada para utusan, agar mereka mengumpulkan bambu tua. Kemudian ujungnya dibuat runcing dan diolesi racun.

“Untuk mengatasi garuda raksasa, kalian harus menggunakan strategi yang tepat. Kumpulkanlah oleh kalian bambu tua kemudian buat ujungnya menjadi runcing. Olesi juga ujungnya dengan racun. Carilah seorang pemberani di negeri kalian untuk melawan si garuda raksasa. Pagari ia dengan bambu runcing. Jadi apabila burung Kongga menyerang, ia akan tertusuk oleh bambu beracun,” kata Larumbalangi.

Sayembara Mencari Umpan Melawan Garuda Raksasa

Para utusan mengucapkan terima kasih atas saran Larumbalangi. Mereka segera pulang ke negeri Sorume untuk melaksanakan strategi bambu runcing. Sesampainya di Sorume, para utusan menyampaikan strategi Larumbalangi pada para tetua.

Gunung Mekongga (Sumber Foto : indofadel.com)
Gunung Mekongga (Sumber Foto : indofadel.com)

Malam harinya, para tetua adat segera mengadakan sayembara mencari laki-laki pemberani untuk dijadikan umpan melawan garuda raksasa. Apabila ada rakyat jelata mau menjadi umpan, maka ia akan diangkat menjadi bangsawan. Dan jika ia seorang bangsawan, maka ia akan diangkat menjadi pemimpin negeri.

Keesokan harinya, ratusan pendekar baik dari kalangan bangsawan maupun rakyat jelata telah berkumpul untuk mengikuti sayembara tersebut. Setiap orang menunjukkan kemampuannya di hadapan sesepuh negeri Sorume. Akhirnya setelah melewati persaingan ketat, terpilih seorang pemenang bernama Tasahea. Tasahea merupakan rakyat biasa dari negeri Loeya.

Para sesepuh kemudian memerintahkan penduduk untuk membuat bambu runcing beracun kemudian dipasang di Padang Bende. Tasahea kemudian dimasukkan ke dalam lingkaran yang dikelilingi oleh bambu beracun. Masyarakat segera meninggalkan Tasahea berdiri sendirian di dalam bambu beracun untuk memancing burung garuda raksasa.

Garuda Raksasa Mati

Sudah berjam-jam Tasahea berdiri sendirian di dalam bambu runcing beracun, namun burung garuda raksasa belum juga kelihatan. Pada siang harinya, tiba-tiba saja cuaca berubah dari cerah menjadi mendung lagi sangat mencekam. Pada saat itulah, Tasahea melihat burung garuda raksasa terbang mendekatinya. Burung raksasa Kongga berusaha menyerang Tasahea.

BACA JUGA :  Tenunan Khas Daerah Sultra Tampil di Ajang Indonesia Fashion Week 2024

Tapi sial, belum sempat menyerang, sayap garuda raksasa tertusuk oleh bambu runcin beracun. Burung garuda raksasa berteriak kesakitan. Tasahea tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, ia mengambil sebilah bambu runcing beracun kemudian menancapkannya ke bagian dada garuda raksasa.

Burung garuda meronta-ronta kesakitan sampai akhirnya ia berhasil terlepas dari bambu runcing. Ia segera terbang tinggi namun tidak lama kemudian ia jatuh ke sebuah gunung. Tidak lama kemudian garuda raksasa akhirnya mati karena efek racun bambu runcing.

Larumbalangi Diangkat Menjadi Pemimpin

Penduduk negeri Sorume bersorak-sorak mengelu-elukan Tasahea sebagai pahlawan. Namun kegembiraan rakyat tidak berlangsung lama. Bangkai burung garuda raksasa ternyata menyebarkan wabah penyakit. Banyak penduduk meninggal setelah muntah-muntah karena wabah penyakit. Begitu pula tanaman penduduk banyak mati diserang ulat. Mengetahui hal ini para tetua adat kembali mengirim utusan untuk menemui Larumbalangi.

Sesampainya di negeri Solumba, para utusan menyampaikan permasalahan wabah yang berasal dari bangkai burung garuda Kongga kepada Larumbalangi. Mendengar hal ini, Larumbalangi segera berdoa kepada Tuhan agar menurunkan hujan deras agar bangkai garuda raksasa beserta ulat-ulat terbawa banjir.

Tuhan mengabulkan doa Larumbalangi. Negeri Sorume dilanda hujan sangat deras selama tujuh hari tujuh malam. Akibatnya Negeri Sorume mengalami banjir hebat. Banjir hebat tersebut membawa bangkai garuda raksasa beserta ulat-ulat hanyut terbawa air. Setelah hujan reda dan banjir surut, wabah penyakit beserta ulat yang melanda negeri Sorume akhirnya hilang.

Rakyat negeri Sorume bergembira, akhirnya kedamaian bisa hadir di negeri mereka. Untuk menghargai jasa Tasahea dan Larumbalangi, para tetua ada sepakat mengangkat Tasahea menjadi bangsawan. Sedangkan Larumbalangi diangkat sebagai pemimpin negeri Sorume. Gunung tempat jatuhnya burung garuda raksasa tersebut diberi nama Gunung Mekongga. (*)

sumber: indofabel.com/wikipedia.com

 


Reporter: Ilham Surahmin
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini