Sihir Supomo di Dua Partai

98
Andi Syahrir
Andi Syahrir

Pada malam Minggu beberapa jam setelah PDIP Sulawesi Tenggara menggelar pemaparan visi misi, Sabtu (22/7/2017) lalu, saya bertemu dengan salah seorang panelis kegiatan itu. Panelis tadi mengungkapkan kekagumannya akan penampilan Supomo, salah seorang seorang kandidat calon gubernur.

Demagogisch
Andi Syahrir

Berbekal informasi itu, saya mencoba melihat beberapa potongan pidatonya dalam pemaparan visi misi yang digelar PDIP Sultra di berbagai media online maupun media sosial. Saya menemukan satu. Sebuah video berdurasi singkat, tampak pensiunan militer itu berbicara mengenai pembangunan yang berbasis riset.

Riset kita lemah, katanya. Jepang, dia mencontohkan, risetnya mendominasi. Dia ingin pembangunan yang dilakukan di Sultra harus berdasarkan riset. Memanfaatkan teknologi informasi. Secara tersirat purnawirawan jenderal bintang dua angkatan laut ini berbicara konkrit tentang kedaulatan pangan.

Supomo saat itu mencontohkan beras yang diproduksi Jepang melalui penelitian dan kajian yang dalam. Dia ingin beras Jepang itu ditanam di Konawe agar orang Sultra tidak mengimpor beras dari Jepang. Teknologi budidayanya diserap.

Menurutnya, jika berbicara dalam konteks sektoral, maka pertanian (termasuk di dalamnya peternakan) dan perikanan merupakan yang prioritas. Bagi dia, pertambangan merupakan pilihan paling akhir karena destruktif bagi lingkungan.

Dalam pergulatan isu politik lokal di Sultra, pandangan Supomo ini adalah hal baru. Melawan arus. Visinya seperti Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak yang juga lebih mengedepankan pengembangan pertanian ketimbang pertambangan. Padahal, baik Sultra maupun Kaltim merupakan daerah kaya dengan potensi tambang.

Dia diapresiasi orang-orang setelah penampilannya di PDIP. Banyak yang mendatanginya untuk berfoto bersama. Ia mencuri perhatian publik.

Lalu, Partai Demokrat menggelar acara serupa di Baubau, beberapa hari lalu. Kegiatannya cukup semarak karena dirangkaikan dengan pemaparan visi misi untuk calon Walikota Baubau yang akan diusung Demokrat.

Lagi-lagi, Supomo sukses memikat audiensnya melalui cara dia membangun retorika dan gagasan yang ditawarkannya. Salah satunya, dia berbicara tentang isu yang tak pernah disinggung oleh kandidat gubernur lainnya. Tentang “industri startup” –industri layanan barang/jasa yang dikawinkan dengan berbagai aplikasi berbasis teknologi informasi.

Anda tahu apa yang dibicarakan oleh Supomo? Saya akan menyederhanakannya dengan menjelaskan lima sektor industri startup yang paling dominan, paling tidak hingga tahun 2017 ini.

Pertama, sektor perdagangan online (e-commerce) untuk peningkatan layanan dalam metode pembayaran dan cara pengiriman. Untuk cara membayar kita mengenal e-wallet, iPaymu, atau PonselPay. Kita juga mengenal pengiriman barang Alibaba.com dan bukalapak.com.

Kedua, sektor financial technology (Fintech), industri jasa keuangan. Contoh mudahnya kita mengenal aplikasi OnlinePajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan pajak tanpa harus datang ke kantor pajak. Startup ini terhubung server e-Billing dan e-Filing di Direktorat Jenderal Pajak. Didirikan oleh pengusaha asal Perancis, Charles Guinot.

Ketiga, sektor big data analytic. Ilustrasi sederhananya begini. Dulu, jasa konsultan pemasaran sangat dibutuhkan dalam membuat strategi dan menganalisa hasil pemasaran. Sekarang, jasa mereka sudah mulai tergusur berganti dengan aplikasi startup semacam Kazee, perusahaan startup asli Indonesia, yang

melakukan analisis seperti para analisis pemasaran itu tapi cukup dengan bantuan computer atau ponsel.

Keempat, On-demand atau layanan permintaan. Misalnya di sektor transportasi ada aplikasi Go-Jek, Grab, dan Uber. Juga layanan jasa asisten rumah tangga, pembersihan rumah, dan perbaikan AC berbasis online.

Kelima, SaaS atau Software-as-a-Service. Contoh, aplikasi Kata.ai yang diluncurkan perusahaan startup YessBoss. Aplikasi Kata.ai akan memungkinkan sebuah berusahaan dapat berinteraksi dengan jutaan konsumennya melalui aplikasi chat atau pesan instan.

Sengaja penjelasan dan contoh mengenai industri kreatif startup ini dipanjang-panjangkan untuk memberikan pemahaman bahwa Supomo adalah salah satu kandidat gubernur yang setidaknya pemikirannya ikut berlari sejajar dan beriringan dengan laju peradaban.

Dia memahami bahwa pembangunan daerah tidak lagi memadai dengan pendekatan konvensional dengan segala kelambanan birokratis yang menyertainya, dengan segala “kepurbakalaan” metode-metodenya.

“Satu startup (investasinya) satu miliar. Tapi nanti akan menjadi berpuluh-puluh miliar. Baubau jual jasa. Jual startup. Pola pikir kita menjadi politik ekonomi. Bukan (politik karena) pilkada saja. Mulailah dari pemimpin,” jelas Supomo dalam pemaparan visi misinya di Baubau.

Di titik ini, mantan staf khusus kepala staf angkatan udara itu menawarkan pemikiran baru. Sebuah visi pembangunan yang hendak mengintegrasikan kemajuan teknologi dengan layanan-layanan yang disediakan pemerintah. Paling tidak, menciptakan iklim kehidupan yang memungkinkan masyarakat luas mampu mengembangkan kreatifitas bisnisnya dengan memanfaatkan teknologi informasi.

Apa respon publik atas pidatonya di forum yang dihelat Partai Demokrat itu? Seorang kawan yang turut menghadiri acara itu mengatakan, dia kandidat yang paling akhir pulang karena semua rebutan mau berfoto atau sekadar menyatakan kekaguman. Dengan ramah dan tenang dia meladeni semuanya. Dia tampak kharismatik.

Di dua panggung yang disediakan dua partai, PDIP dan Demokrat, Supomo mampu menyihir audiensnya. Mereka kagum dengan tawaran gagasannnya. Mereka terkesima dengan retorikanya. Mereka salut dengan kharisma yang dipancarkannya.

Tapi apapun itu, pidato dengan retorika yang dahsyat, pidato dengan gagasan hebat, laksana sihir yang suatu waktu daya magisnya akan hilang. Kapan? Jika dan hanya jika pidato itu hanya sekadar mantra yang dirapalkan tanpa gebrakan-gebrakan revolusioner ketika terpilih kelak. Kata Rhenald Kasali, tak ada yang tak bisa diubah sebelum dihadapi. Motivasi saja tidak cukup. Kata orang kita, winto saja tak cukup.***

 

Oleh : Andi Syahrir
Penulis Merupakan Alumni UHO & Pemerhati Sosial

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini