Srikandi WON dalam Realita Politik Paslon Independen dan Jalan Menuju Kegagalan (Part 2)

315
Wa Ode Nurhayati - Andri Darmawan
Wa Ode Nurhayati - Andri Darmawan

Wa Ode Nurhayati - Andri Darmawan Wa Ode Nurhayati – Andri Darmawan

 

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Lolos pintu pencalonan paslon perseorangan bukanlah semudah membalikkan telapak tangan, butuh banyak “tangan”, tangan pemberi dukungan KTP dan tangan pengumpul KTP. KPU Sultra telah menetapkan minimal 170.825 dukungan dan harus tersebar minimal di 9 kabupaten/kota.

Verifikasi dukungan itu bakal dilakukan dengan ketat oleh KPU sebab pengecekan dilakukan secara sensus, dalam artian dari 170.825 orang dukungan itu ditemui satu per satu. Tidak ada “sebiji zarah” yang bakal lolos dari cermatan KPU.

Penyerahan syarat dukungan bakal paslon perseorangan dimulai 22 November sampai terakhir 26 November 2017. Sejak mendeklarasikan diri 23 September lalu, maka WON dan Andre memiliki waktu sekitar 64 hari untuk bekerja maksimal mengumpulkan KTP dukungan. Artinya setiap hari harus bisa mengumpulkan dukungan minimal 2,7 ribu dukungan.

Pandangan Pakar

Pakar komunikasi politik Najib Husen menilai pemilih-pemilih di Sultra masih memiliki tingkat kepercayaan yang lebih terhadap calon yang diusung oleh partai politik dibanding calon independen. Dari hasil evaluasi yang dilakukan terhadap pemilihan bupati dan walikota, rata-rata calon independen sangat sulit masuk tiga besar.

“Malahan ada beberapa calon independen dulu hanya dijadikan persyaratan untuk bisa melaksanakan Pilkada oleh salah satu calon dalam sebuah pertarungan di kabupaten/kota. Sehingga memang masih sangat sulit untuk bisa merubah pola pikir masyarakat bahwa calon independen pun punya kans untuk bisa memimpin di daerah ini,” tutur Najib di Kendari, akhir September 2017.

Doktor Komunikasi Politik Universitas Gajah Mada ini melanjutkan, penyebab lemahnya paslon independen adalah mesin politik. Seorang calon yang didukung mesin politik partai lebih efektif untuk mensosialisasikan kandidat dibanding tim independen. Kalau tim independen hanya terikat pada komitmen diri sendiri sedangkan tim dari partai terikat oleh komitmen partai. Jadi ada semacam instruksi partai untuk harus dan mau mendukung calon yang diusung.

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih

(Baca Juga : Srikandi WON dalam Realita Politik Paslon Independen dan Jalan Menuju Kegagalan)

Selain itu, umumnya calon independen adalah figur yang belum dikenal oleh masyarakat sehingga popularitas masih rendah. Olehnya walaupun calon independen mendapat dukungan dari masyarakat hanyalah sebatas dukungan syarat administrasi bukan dukungan bahwa itulah suara real untuk calon.

“Di situ titik kelemahan calon-calon independen kita selama ini. Hanya berusaha memenuhi syarat administrasi tapi tidak mencoba memberikan gambaran bahwa seperti inilah suara real yang mereka dapatkan,” ucap Najib, akademisi Universitas Halu Oleo (UHO).

Najib mengamati masih sulit bagi calon independen untuk menang Pilkada di Sultra, termasuk pilgub nanti. Di pilgub, paslon indenpenden akan kewalahan karena berhadapan dengan pemain lama dan sudah lama bekerja. Seorang calon untuk jadi gubernur butuh waktu paling sedikit dua tahun untuk bekerja.

Najib Husen
Najib Husen

Mengenai pasangan bakal calon independen Wa Ode Nurhayati –Andre Darmawan, menurut Najib masih fifty-fifty apakah lolos pintu calon independen atau tidak. Sebab saat ini sudah masuk akhir September. Perlu kerja keras untuk mengumpulkan dukungan KTP sebanyak-banyaknya.

“Saya sepakat dengan apa yang dikatakan oleh anggota KPU Sultra Iwan Rompo kemarin, bahwa setiap calon independen sudah harus mempersiapkan dukungan kelebihan dukungan KTP. Supaya nantinya jika diverifikasi dan ada beberapa dukungan yang dianggap tidak valid maka bisa diganti dengan lebihnya dukungan,” tutur Najib.

BACA JUGA :  Hakim Perempuan di PN Andoolo Ungkap Keresahan, dari Minim Fasilitas hingga Rentan Intervensi

Untuk dapat menjadi calon independen dibutuhkan waktu sekitar satu tahun untuk mendapat dukungan masyarakat. Sementara WON baru muncul sekitar satu bulan terakhir. Najib mengatakan agak ragu WON bisa lolos pencalonan. Namun demikian, WON harus didukung karena mau jadi calon independen.

Latar belakang WON yang baru keluar dari penjara tidak akan mempengaruhi proses pengumpulan dukungan KTP karena tugas itu dilakukan oleh tim, bukan WON secara langsung. Kata Najib, pengaruh sebagai mantan terpidana itu yakni ketika hari pemilihan karena hal itu akan jadi pertimbangan para pemilih.

Soal tim yang bertugas, juga bisa jadi kendala WON karena timnya saat ini belum terlalu jelas. Kalaupun timnya yang lama tidak bisa lagi diharap karena hubungan antara WON dan timnya sudah cukup lama terpisah akibat kasus yang melilitnya.

Lanjut dia, tak menutup kemungkinan WON-Andre akan lolos dalam pencalonan. Namun lumayan berat bagi WON-Andre untuk memenangkan pertarungan karena adanya latar belakang sejarah yang tak bisa dinafikan, walaupun sekarang WON sudah jadi orang yang bebas.

“Itu tetap akan menjadi ukuran bagi pemilih, utamanya pemilih perempuan yang sangat sensitif dengan hal-hal yang berkaitan dengan kejadian-kejadian yang pernah dilakukan WON. Tapi tetap menarik karena ada warna tersendiri bahwa ada calon dari wakil perempuan. Untuk Sultra sangat sulit mendapatkan calon dari perempuan,” tutup Najib. (A*)

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini