Siapa sangka, perbedaan suara ini ternyata berguna bagi pertumbuhan bayi. Itulah sebabnya kehadiran ayah sangat berarti di samping buah hati pada masa awal pertumbuhannya, di samping kehadiran ibu. S
Siapa sangka, perbedaan suara ini ternyata berguna bagi pertumbuhan bayi. Itulah sebabnya kehadiran ayah sangat berarti di samping buah hati pada masa awal pertumbuhannya, di samping kehadiran ibu. Suara lelaki yang frekuensinya lebih rendah dipercaya lebih nyaman didengar oleh bayi.
“Tone suara ibu yang lebih tinggi sangat tidak ramah bagi pendengaran anak,” kata praktisi neuroscience terapan, Anne Gracia seperti dikutip dari CNN Indonesia, Sabtu (21/3/2015).
Tak hanya itu, perbedaan tone suara pada ayah dan ibu juga memengaruhi keseimbangan sang anak. Hal ini disebabkan di samping pendengaran, telinga juga berfungsi sebagai alat keseimbangan.
“Dari dua jenis suara yang dia kenali menjadi sensasi yang berbeda di gendang telinga dan rumah siputnya,” kata Anne mengungkapkan.
Rumah siput yang berperan mengatur keseimbangan menangkap suara yang lebih tinggi di luar dan suara yang lebih rendah di bagian tengah. Rumah siput akan merespons dengan melingkar ketika mendengar suara bernada rendah dan menegang ketika mendengar suara bernada tinggi.
“Kalau rumah siputnya melingkar, berarti dia relaks. Kalau tinggi rumah siputnya membuka dan membuat tegang,” kata Anne menerangkan.
Apabila bayi hanya sering mendengar suara ibunya, tentu rumah siputnya akan terus menegang. Suara ayah dibutuhkan untuk membuatnya rileks kembali. Jika tidak pertumbuhan anak pun akan terganggu.
Biasanya, ketidakseimbangan yang dihasilkan dari pengaruh suara ini memengaruhi keaktifan anak. Anak yang tidak mendapatkan keseimbangan pendengaran saat kecil cenderung akan hiperaktif.
“Anak aktif jangan dikerangkeng. Mereka punya gangguan di organ keseimbangan. Untuk menolong mereka mengoreksi organ keseimbangan, beri pijatan di daerah wajah dan telinga,” ujar Anne. (*/)
