Yang Terlupakan, Penaklukan Samudra Pasifik oleh Phinisi Nusantara.

257
Yang Terlupakan, Penaklukan Samudra Pasifik oleh Phinisi Nusantara.
Phinisi Nusantara
Yang Terlupakan, Penaklukan Samudra Pasifik oleh Phinisi Nusantara.
Phinisi Nusantara

 

OPINI – JAS MERAH, Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah,merupakan judul pidato terakhir bapak pendiri Bangsa Ir. Soekarno di tahun 1966 yang menitipkan pesan kepada para penerus bangsa untuk tidak meninggalkan sejarah, terutama sejarah penting dalam peradaban bangsa Indonesia, serta prestasi prestasi yang telah mengangkat nama bangsa Indonesia dimata dunia.

Yang Terlupakan, Penaklukan Samudra Pasifik oleh Phinisi Nusantara.
Penulis, Lukman Budianto

Sayang, hal ini sepertinya tidak begitu diindahkan oleh masyarakat terkhusus generasi muda, yang notabene pemegang tongkat estafet kepemimpinan Bangsa Indonesia. Betapa tidak, generasi muda di era sekarang lebih tertarik untuk turut serta, bahkan menjadi penyelenggara kegiatan-kegiatan yang tidak ada hubungannya bahkan bertolak belakang dengan budaya yang diwariskan pendahulu kita. Colour run misalnya, atau hari valentine, hallowen, bahkan memperingati hari payung sedunia, yang kesemua itu tidak ada kaitannya sama sekali dengan peradaban bangsa Indonesia.

Efek dari semua itu adalah mulai terkikisnya pemahaman generasi muda terhadap sejarah dan kebudayaan. Salah satu sejarah yang sudah mulai tidak mendapat perhatian tersebut, bahkan mayoritas generasi muda tidak mengetahuinya adalah ketangguhan Phinisi Nusantara dalam menaklukan  Samudra Pasifik dalam EXPO 86 Vancouver, Prestasi yang berhasil menyita perhatian, dan mengangkat nama Bangsa Indonesia dimata dunia.

Kisah Perjalanan Phinisi Nusantara Menuju Vancouver Canada

KLM PHINISI NUSANTARA yang melakukan pelayaran Jakarta – Vancouver (Kanada). Misi
ini merupakan keikutsertaan bangsa Indonesia dalam rangka EXPO 86 Vancouver.

Beberapa awak kapal yang ikut dalam pelayaran ini antara lain, Gita Ardjakusuma, pelaut dengan ijazah MPB I. Ia juga lulusan AAL Surabaya tahun 1968. Dalam pelayaran ini, ia bertindak sebagai nahkoda kapal. Kemudian berturut-turut Atok Issoluchi sebagai kepala kamar mesin, Amrillah Hasan (masinis), Mappagau (kepala kelasi), Rusli dan Muhammad Hatta (juru minyak), Hasyim (mualim II), Roy Rusdiman (juru masak), Bahtiar, Abdullah (pembantu umum) serta Pius Caro.

Tepat, tanggal 9 juli 1986 dari dermaga Muara Baru Jakarta, Phinisi Nusantara dilepas secara resmi oleh Laks. Sudomo memulai petualangan baharinya. Rute yang diambil adalah Jakarta – Singapore, Singapore – Hongkong, Hongkong – Yokohama dan Yokohama – Vancouver. Tetapi karena pada waktu itu terjadi topan di perairan filiphina dan bagian selatan kepulauan jepang, maka satu-satunya jalan ialah menyusuri daerah katulistiwa ke arah timur dengan singgah di Honolulu, hawai. Rute yang terakhir inilah yang kemudian ditempuh.

Setelah melewati perjalanan panjang nan melelahkan selama 62 hari dan menempuh lebih kurang 10.600 mil dari Jakarta, PHINISI NUSANTARA pun tiba di Vancouver Canda. Ketika itu yang menyambut pertama kali adalah Adiwoso Abubakar, Duta besar Indonesia disana. Di arena EXPO 86 Vancouver tersebut, kapal tersebut bersanding dengan kapal duta bangsa lainnya, seperti Nippon maru milik Jepang (bontobahari-community.blogspot.co.id).

Bulan juli ini, tepat 30 tahun setelah Phinisi berhasil menaklukkan samudra pasifik, sudah seharusnya kita semua mengkampanyekan hal ini, biar sejarah yang membanggakan ini tetap hidup, karena banyak sekali hal yang bernilai positif yang bisa kita ambil dari sejarah ini, seperti ketangguhan, kegigihan serta semangat para pelaut kita yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, agar sejarah yang membanggakan ini tetap ada, dan agar generasi muda tidak kehilangan identitas kebudayaan, maka diperlukan sinergitas antara masyarakat dan pemerintah khususnya Mentri Pendidikan dan Kebudayaan untuk sama sama mengkampanyekan hal ini dengan mengajak generasi muda terlibat didalamnya, dan agar JAS MERAH yang dititip oleh Sang Proklamator kemerdekaan kita, Bung Karno tidak tenggelam dihempas ganasnya gelombang modernitas. ***

 

Penulis: Lukman budianto

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini