Cerita Anak Jemaah Haji yang Meninggal di Makkah, Sering Lihat Wajah Sang Ibu Saat Salat

12926
Cerita Anak Jemaah Haji yang Meninggal di Makkah, Sering Lihat Wajah Sang Ibu Saat Salat
JEMAAH HAJI MENINGGAL - Almarhumah Sitti Sahra (73) (kedua dari kanan) saat berfoto bersama anak, menantu dan cucunya sebelum berangkat ke tanah suci. Sitti Sahra merupakan jemaah haji asal Kota Kendari yang meninggal dunia di tanah suci. (Foto: Istimewa)

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Suasana duka menyelimuti kediaman keluarga Sitti Sahra Sausau (73), jemaah haji asal Kota Kendari yang meninggal dunia di tanah suci, usai melaksanakan tawaf ifadah.

Rumahnya di BTN Lepolepo Indah, Kelurahan Wundudopi, Kecamatan Wuawua, Rabu pagi tadi didatangi ratusan pelayat.

Saat zonasultra.id, tiba di rumah duka, ada tiga orang perempuan sedang duduk. Di depan mereka sudah terhampar tikar yang memang sengaja digelar empunya rumah untuk para tetamu yang datang untuk tahlilan kedukaan.

(Baca Juga : Kelelahan, Satu Jemaah Haji Asal Kendari Meninggal di Arab Saudi)

Ketika awak zonasultra.id memberi salam, Iin Yulinar anak kedua dari almarhuma Sitti Sahra, langsung mempersilahkan masuk dan duduk membaur dengan para tamu . Ia sesekali terlihat tersenyum ketika menjawab pertanyaan dari awak zonasultra.id yang mewawancarainya kendati wajahnya kuyu dan matanya sembab, seharian kemarin Iin menangis mengingat ibunya yang wafat di tanah suci.

Cerita Anak Jemaah Haji yang Meninggal di Makkah, Sering Lihat Wajah Sang Ibu Saat Salat
JEMAAH HAJI MENINGGAL – Anak kedua almarhumah Sitti Sahra, Iin Yulinar (pertama dari kanan) saat menerima para pelayat di rumah duka di BTN Lepolepo Indah, Kelurahan Wundudopi, Kecamatan Wuawua, Rabu (29/8/2018). (RAMADHAN HAFID/ZONASULTRA.COM)

Iin menceritakan, kabar meninggalnya sang ibu tercinta diterima dari suami yang kebetulan ikut menunaikan ibadah haji bersama almarhuma. Ia menerima kabar itu pada Selasa (28/8/2018) sekira pukul 06.00 Wita.

“Dengar dari suami menelpon, ia mengatakan mama telah meninggal dunia. Meninggalnya pukul 13.25 waktu Arab Saudi, kalau di sini pukul 06.00 Wita,” kata Iin, Rabu (29/8/2018).

Iin mengatakan, dirinya tidak menyangka sang ibu tercinta telah tiada. Walaupun begitu, seluruh keluarga telah ikhlas melepas kepergiannya untuk selama-lamanya.

Ia menuturkan, sebelum berangkat beribadah menunaikan rukun Islam ke lima itu, sang ibu tidak memiliki penyakit, ia dalam keadaan sehat bugar.

Namun diakui Iin, dirinya keluarga sudah memiliki firasat akan kepergian sang Ibu. Iin mengungkapkan, sepekan sebelum sang ibu meninggal, ia selalu tidur nyenyak, padahal selama ini, hal tersebut tidak terjadi. Bukan hanya itu, ia juga sering melihat wajah sang ibu ketika sedang melaksanakan salat.

“Sudah di kasih tanda-tanda memang. Setiap salat sering melihat wajah ibu. Kemudian masak nasi pagi, siangnya sudah basi. Ternyata, kemarin dengar kabar dari suami bahwa ibu telah meninggal. Sudah jalan ibu, kami semua ikhlas. Jenazahnya juga sudah dimakamkan di Makkah, karena meninggalnya di sana,” ungkapnya.

Selain itu, kata Iin, sebelum berangkat ke tanah suci ia melihat sang ibu merenung, tapi ketika ia bertanya apa yang direnungkan oleh sang ibu, malah ibunya tidak mau mengungkapkan.

“Sebelum berangkat memang saya lihat ibu seperti ada yang direnungkan. Dalam hati saya bilang apakah dia takut. Makanya saya bilang mama jangan takut, kita yakin, sebelum kita berangkat salat tobat dulu. Saya tidak tau apakah sudah tandanya memang atau apa, sehingga dia tidak berani mengungkapkan sama anak-anaknya apa yang dia renungkan,” tutur Iin.

Memang sebelum berangkat, Iin mengatakan, sang ibu berpesan agar anak-anaknya hidup akur dan saling menyayangi. Almarhumah juga menitipkan uang Rp2,7 juta dan buku tabungan haji kepada dirinya.

“Sebelum berangkat ibu titip uang Rp2,7 juta yang disinpan dalam buku tabungan haji. Katanya pegang itu uang,” kata Iin sembari menghela nafas.

Di mata Iin, almarhumah merupakan pribadi yang tertutup. Ia tidak pernah mengungkapkan kekuranganya atau keluhanya kepada anak-anaknya.

Iin mengatakan, setelah sang ayah meninggal, sang ibu diajak untuk tinggal bersamanya di Kendari, tetapi ia menolak. Ibunya lebih memilih tinggal di Desa Onewila, Kecamatam Ambepua, Kabupaten Konawe Selatan.

“Mama itu punya anak empat orang. Saya anak kedua, ibu tinggal di Onewila, tapi selama menasik haji, saya suruh dia tinggal di sini (Kendari). Jadi tidak perlu lagi pulang pergi dari Kendari-Ambepua. Ia memang orangnya tertutup. Pernah di rumahnya sudah tidak ada beras, tapi ia tidak mau bilang sama kami. Sampai pada saat itu saya ke rumahnya dan lihat tidak ada beras, lalu saya berkata kenapa ibu tidak bilang bahwa beras di rumah sudah habis, supaya kita belikan. Tapi ia malah diam,” kenang Iin.

Ibadah haji sendiri, kata Iin, sudah menjadi keinginan ibunya sejak dulu, tapi pada saat itu ibunya berkata ia tidak memiliki uang.

“Ibu saya itu pengen sekali naik haji sejak dulu, tapi pada saat itu ia bilang tidak punya uang. Makanya kami bilang kalau ibu mau naik haji biar kami yang biayai,” terang Iin.

Iin mengungkapkan, pada tahun 2011 sang ibu mendaftar haji Kementerian Agama (Kemenag) Kota Kendari. Ia mendaftar bersamaan dengan Sampara menantu laki-lakinya. Namun baru di tahun inilah Sitti Sahra bisa berangkat ke tanah suci.

Seperti diberitakan sebelumnya, Selasa (28/8/2018), Sitti Sahra dinyatakan meninggal dunia pada pukul 13.25 waktu Arab Saudi. Sebelum meninggal Sitti Sahra sempat dirawat di rumah sakit di Mekkah selama dua hari.

Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah Kementerian Agama Sulawesi Tenggara (Sultra) La Maidu menjelaskan, almarhumah meninggal akibat kelelahan setelah mengikuti segala rangkaian ibadah haji. Mulai dari wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, dan melontar jumrah di Mina. Termaksuk melaksanakan tawaf ifadah sebagai rukun dan syarat haji. (B)

 


Reporter : Ramadhan Hafid
Editor : Tahir Ose

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini