Hanya Karena Salah Menempati Barisan Saat Upacara, Oknum Guru Aniaya Siswa Hingga Jatuh Tersungkur

239
Hanya Karena Salah Menempati Barisan Saat Upacara, Oknum Guru Aniaya Siswa Hingga Jatuh Tersungkur
Ilustrasi

ZONASULTRA.COM, ANDOOLO– Alimin (42) bersama dengan beberapa kerabatnya, Selasa (26/01/2016) mendatangi pihak Sekolah Menegah Atas (SMA) Negeri 10 Konawe Selatan (Konsel) yang berada di Kecamatan Anggata. Kedatangan mereka adalah meminta pertanggungjawaban pihak sekolah atas penganiayaan yang dilakukan oleh oknum guru di sekolah itu terhadap anaknya.

Hanya Karena Salah Menempati Barisan Saat Upacara, Oknum Guru Aniaya Siswa Hingga Jatuh Tersungkur
Ilustrasi

Warga Desa Unggulino, Kecamatan Puriala, Kabupaten Konawe, ini menganggap perlakuan salah seorang guru yang diduga menganiaya putranya sudah diluar batas kewajaran. Menurutnya, sorang guru seharusnya mendidik siswa dengan cara yang baik, bukan dengan cara kriminalitas.

Alimin mengungkapkan, anaknya yang bernama Ardin telah dipukul dan diseret di tengah halaman sekolah oleh salah seorang guru olah raga bernama Awaludin, hanya karena anaknya salah tempat saat proses upacara bendera kemarin (25/01/2016).

Ia juga menyesalkan ketidak adilan guru itu. Pasalnya dari keterangan teman-teman anaknya tidak sendirian, namun yang mendapat pukulan hanya dia (anaknya) seorang saja.

“Saya melepas anak saya datang ke sekolah karena saya anggap bahwa di sekolah itu tempatnya orang-orang terpelajar, punya pendidikan tinggi, dan bukan tempat premanisme,” kata Alimin yang didampingi sejumlah kerabatnya.

Ardin, korban penganiayaan tetap masuk sekolah meski telah dianiaya gurunya. Ia menceritakan, awalnya ia bersama teman-teman lainnya bergabung dengan barisan perempuan saat upacara bendera, sehingga barisan yang seharusnya mereka tempati tidak terlihat seorang pun laki-laki.

Tidak lama kemudian guru olah raga tersebut datang dan bertanya. Ia lalu memberanikan diri untuk maju. Namun bukannya disuruh berbaris, melainkan langsung menerima pukulan keras di bagian perut yang membuatnya langsung jatuh tersungkur.

“Habis itu dia (guru) suruh saya bangun, pas saya bangun dia lalu memegang leher saya bagian belakang dan menyeret saya ke tengah lapangan, tepatnya di tiang lapangan volly. Kemudian dia menabrakan badan saya sampai paha saya ini masih sakit akibat benturan kemarin,” ungkap Ardin.

Dengan alasan takut, dirinya tidak berani menceritakannya kepada orang tuanya. Bahkan ia masih tetap masuk sekolah. Orang tuanya sendiri hanya menerima informasi dari teman-temannya yang tidak tega melihatnya dianiaya.

Kepala Sekolah SMAN 10 Konsel, Edison Koodo yang menerima rombongan orang tua Ardin, mengaku tidak mengetahui adanya kejadian tersebut. Saat penganiayaan itu terjadi, ia tidak berada di lokasi upacara. Ia baru hadir setelah upacara selesai.

“Saya tidak tahu kalau ada kejadian itu, karena kemarin saya datang sudah selesai upacara, dan saya baru tahu ada kejadian itu setelah bapak-bapak ini datang ke sini,” kata Edison dihadapan orang tua siswa di ruang kerjanya.

Meski begitu, Edison mengaku kecolongan dalam hal pengawasan tindakan arogansi gurunya, bahkan ia meminta maaf kepada orang tua siswa atas kejadian yang tidak mencerminkan perilaku seorang guru ini.

Karena guru yang bersangkutan tidak berada di tempat, ia meminta kepada orang tua korban untuk kembali pada Kamis (28/01/2016) nanti untuk menyelesaikan masalah tersebut agar tidak  berlarut-larut.

Edison berjanji, jika oknum guru terbukti telah melakukan penganiayaan maka pihak sekolah akan memberka sanksi. Ia juga akan meminta kepada oknum guru tersebut untuk meminta maaf kepada korban dan kepada orang tuanya.

“Sanksi terberatnya itu kita akan limpahkan ke pihak yang berwajib. Terlepas dari itu kita akan bina dulu. Kita akan berikan surat teguran untuk tidak mengulanginya lagi, karena sorang guru itu patutnya memberikan contoh baik dan bukan cara anarkisme seperti ini,” katanya.

 

Penulis : Restu
Editor  : Rustam

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini