Menyambung Hidup, 113 IRT di Konut Rela Jadi Buruh

132
MERABAT JALAN-Terlihat Ratusan ibu rumah tangga (IRT), Desa Tanjung Bunga, Kecamatan Wawolesea, Kabupaten Konawe Utara, sedang merabat jalan tanah timbunan sebannyak ratusan ret mengunakan skupang dan pacul. Di lokasi peninkatan jalan usaha masyarakat Desa setempat, yang di salurkan melalui dana anggara pendapatan belanja negara (APBN). (Jefri/ZONASULTRA.COM).
MERABAT JALAN-Terlihat Ratusan ibu rumah tangga (IRT), Desa Tanjung Bunga, Kecamatan Wawolesea, Kabupaten Konawe Utara, sedang merabat jalan tanah timbunan sebannyak ratusan ret mengunakan skupang dan pacul. Di lokasi peninkatan jalan usaha masyarakat Desa setempat, yang di salurkan melalui dana anggara pendapatan belanja negara (APBN). (Jefri/ZONASULTRA.COM).
MERABAT JALAN-Terlihat Ratusan ibu rumah tangga (IRT), Desa Tanjung Bunga, Kecamatan Wawolesea, Kabupaten Konawe Utara, sedang merabat jalan tanah timbunan sebannyak ratusan ret mengunakan skupang dan pacul. Di lokasi peninkatan jalan usaha masyarakat Desa setempat, yang di salurkan melalui dana anggara pendapatan belanja negara (APBN). (Jefri/ZONASULTRA.COM).
MERABAT JALANTerlihat Ratusan ibu rumah tangga (IRT), Desa Tanjung Bunga, Kecamatan Wawolesea, Kabupaten Konawe Utara, sedang merabat jalan tanah timbunan sebannyak ratusan ret mengunakan skupang dan pacul. Di lokasi peninkatan jalan usaha masyarakat Desa setempat, yang di salurkan melalui dana anggara pendapatan belanja negara (APBN). (Jefri/ZONASULTRA.COM).

 

ZONASULTRA.COM, WANGGUDU – Demi menyambung hidup, berbagai macam pekerjaan dilakoni manusia demi meraup rupiah untuk sesuap nasi. Seperti yang dikerjakan para ibu rumah tangga (IRT), warga Desa Tanjung Bunga, Kecamatan Wawolesea, Kabupaten Konawe Uatara (Konut).

Sebanyak 113 Ibu Rumah Tangga (IRT) ini harus merangkap kerja. Selain mengurus kebutuhan dapur, anak, dan suami, para wanita tangguh ini terpaksa harus menjadi kuli bangunan untuk membantu perekonomian keluarga.

Para IRT mayoritas berasal dari Desa Tanjung Bunga ini, turun langsung ke lapangan meratakan tanah timbunan yang berjumlah ratusan ret dalam pekerjaan peningkatan jalan sepanjang 377 meter, dan lebar 6 meter.

Pekerjaan itu merupakan program dana desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2016, sebesar Rp 600 juta. Dengan item pekerjaan yakni, talud 162 meter, perpipaan air bersih 340 meter, dan rabat jalan 377 meter.

Suhaida (37) yang ditemui di lokasi kerja megatakan, harus melakukan pekerjaan tersebut akibat desakan ekonomi. Sebab, penghasilan suaminya seorang nelayan hanya bisa memenuhi kebutuhan makan saja.

“Sementara dua orang anak saya yang duduk di bangku sekolah dasar butuh biyaya. Juga kebutuhan sehari- hari. Saya kerja begini untuk membantu pendapatan suami, biar sedikit yang penting berkah,” ucapnya.

Tak hanya Suhaida, Marni (30), juga mengungkapkan, dirinya melakukan pekerjaan itu lantaran tuntutan ekonomi, sehingga ibu tiga anak ini harus turun langsung menjadi kuli untuk mengais rezeki.

“Yah, alhamdulillah dengan kekompakan kami ibu-ibu yang ada disini, juga semangat kami, pekerjaan yang kelihataanya susah yang biasanya dikerjakan laki-laki ini jadi gampang. Kami bersyukur bisa dapat pekerjaan ini. Untuk tambah-tambah buat beli beras, ikan, dan kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.

Pekerjaan yang dilakukan tersebut, tak hanya melibatkan IRT saja. Seluruh masyarakat Desa Tanjung Bunga ikut langsung dalam pemberdayaan pengelolaan dana APBN tersebut.

Mereka berharap kepada Pemerintah daerah Konut, agar dapat membukakan lapangan kerja, dan bisa memberikan bantuan usaha ekonomi demi kesejetraan masyarakat Konut.

Sementara, Kepala Desa Tanjung Bunga Halik Alkab kepada awak media ZONASULTRA.COM, Rabu (14/9/2016), menuturkan, pekerjaan yang dijalani para IRT tersebut merupakan pemberdayaan masyarakat. Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.

“Jadi kegitan yang mereka kerjakan itu, insiatif mereka sendiri, bukan paksaan. Kata mereka demi menyambung hidup,” kata Abdul Halik.

Dalam pekerjaaan itu, lanjutnya, para wanita yang rata-rata berusia dari 25 hingga 45 tahun ini, menggunakan alat sekop dan pacul untuk merabat tanah timbunan. Lalu setelah itu, mereka mencampur pasir dan semen untuk memfloor jalan yang sudah dikeraskan sebelumnya.

“Justru saya lihat lebih bagus ini ibu-ibu yang kerja, lebih semangat dan jarang istrahat,” terangnya. (A)

 

Reporter : Jefri Ibnu
Editor : Kiki

  • TOPIK
  • *

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini