Panas Dingin di Gelanggang Pilgub Sultra (Part 2)

239
Panas Dingin di Gelanggang Pilgub Sultra
Panas Dingin di Gelanggang Pilgub Sultra

Panas Dingin di Gelanggang Pilgub Sultra Panas Dingin di Gelanggang Pilgub Sultra

 

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Sama seperti Rusman, Ali Mazi sesungguhnya juga kader Golkar. Ketika menjabat gubernur, ia merupakan Ketua Golkar Sultra. Kendati ada catatan kelam karena posisi Ali Mazi di Golkar digantikan Ridwan di tengah jalan lewat intrik politik tingkat elit. Di kemudian hari, Ali Mazi hengkang dan terakhir bersama panji-panji Nasdem.

“Perpecahan dengan Ali Mazi merupakan kecelakaan politik yang seharusnya tidak terulang lagi. Kecelakaan yang adik-adikku (kader Golkar) terima dan jadi korban,” seru Ridwan Bae menggambarkan konflik masa silam saat membawakan orasi politik Musda, di Hotel Clarion Kendari, September 2015 lalu.

Khusus untuk Sjafei Kahar, telah lebih awal membangun komitmen maju hanya sebagai calon wakil mendampingi mantan bupati Kolaka Utara Rusda Mahmud. Secara kekaderan, Sjafei tulen berproses di bawah rindangnya beringin yang pernah jadi Ketua Golkar Buton. Pada saat terjadi dualisme Golkar (2015-2016) Sjafei yang berada di kubu Agung Laksono terang-terangan berlawanan dengan Ridwan yang berada di sisi Aburizal Bakri.

Perkawinan Politik

Tali temali politik mengikat sejumlah figur untuk berjanji sehidup sepenanggungan sebagaimana pasangan suami istri. Yang pertama secara terbuka lebih dulu mengungkap komitmen adalah pasangan Rusda Mahmud dan Sjafei Kahar. Kedua figur daratan-kepulauan itu begitu mesra ketika mendaftar di sejumlah partai politik.

Ali Mazi-Lukman Abunawas, Asrun-Amirul Tamim, dan Rusda Mahmud-Sjafei Kahar Ali Mazi-Lukman Abunawas, Asrun-Amirul Tamim, dan Rusda Mahmud-Sjafei Kahar

 

Sementara yang masih labil adalah pasangan Asrun-Amirul Tamim dan Ali Mazi-Lukman Abunawas. Wacana berpasangan sudah berhembus kencang di antara tim-tim sukses dan foto-foto mesra berduaan di media sosial, namun belum ada pernyataan resmi dari Amirul maupun Lukman yang secara tegas bersedia jadi pasangan wakil.

Rusda Mahmud-Sjafei Kahar

Pasangan Rusda Mahmud–Sjafei Kahar masih harus berjuang keras mempertahankan mahligai dengan merebut tiket pencalonan. Namun, paling tidak modal kekuatan dasar sudah ada. Rusda yang tercatat sebagai kader Demokrat harus bisa mengantongi dukungan partainya itu dan Sjafei harus bisa menembus DPP Golkar karena Golkar di Sultra tidak membuka pendaftaran.

Dari segi kekuatan, Rusda sebagai figur yang lahir dari daratan (sebutan untuk daratan Pulau Sulawesi) merupakan mantan Bupati Kolaka Utara dua periode dan pastilah memiliki basis massa yang jelas di daerah yang pernah dipimpinnya itu. Ditambah lagi, calon kepala daerah Nurrahman Umar yang didukung untuk melanjutkan estafet kepemimpinannnya di Kolaka Utara berhasil menang pada Pilkada 2017.

Sjafei Kahar juga kurang lebih sama dengan pencapaian Rusda. Dalam kancah politik di Kepulauan Buton, ia adalah mantan Bupati Buton dua periode dengan daerah kepemimpinan yang sangat luas sebelum Buton Utara, Buton Tengah, Buton Selatan, dan Bombana bermekaran. Lalu pada Pilkada 2017, putranya Agus Feisal Hidayat berhasil menduduki jabatan Bupati Buton Selatan.

Ali Mazi-Lukman Abunawas

Pasangan Ali Mazi-Lukman Abunawas juga masih harus berpayah-payahan mendapatkan kunci pintu pencalonan. Jika tidak, perceraian dini bisa terjadi. Soal kekuatan dan investasi politik, kolaborasi dua figur daratan-kepulauan ini tak bisa diragukan lagi karena saling lengkap-menguatkan.

Ali Mazi merupakan Gubernur Sultra periode 2003-2008 yang terpilih lewat pemilihan di DPRD Sultra. Terlepas dari segala keberhasilan pembangunannya yang monumental Tugu Persatuan dan Bandara Haluoleo, sesungguhnya taji Ali Mazi sebagai politisi senantiasa tumpul. Begitu memasuki era pemilihan langsung pada 2007, ia dikalahkan oleh Nur Alam. Lalu, ia kembali merasa pahitnya kekalahan pada Pilgub 2012 karena tak sampai mendapatkan pintu pencalonan. Terakhir, pertarungan politiknya saat Pilcaleg 2014 gagal ke Senayan.

Karir Ali Mazi di partai politik juga tak begitu cerah karena dua kali stop di tengah jalan, saat menahkodai Golkar Sultra dan Nasdem Sultra. Pertama saat Ridwan Bae merebut kursi 01 Golkar Sultra 2008 lewat Musda luar biasa, lalu pada 2016 Ali Mazi juga diganti sebagai Ketua Nasdem oleh Bupati Kolaka Timur Toni Herbiansyah lewat instruksi DPP Nasdem.

Kekurangan Ali Mazi dalam hal “hasil akhir” itu tentu akan ditutupi Lukman Abunawas. Dalam pencapaian jabatan politik boleh disebut cukup handal. Faktanya, ia mampu duduk sebagai Bupati Konawe dua periode dan estafet kepemimpinannya dilanjutkan kandidat yang didukungnya Kery Saiful Konggoasa dan Parinringi. Pasca jadi bupati ia ditarik oleh Nur Alam menjadi Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Sultra. Selain itu jabatan Ketua KONI Sultra juga berhasil diraihnya.

Asrun-Amirul Tamim

Tidak seperti pasangan lainnya, jika Asrun dan Amirul jadi berkolaborasi maka tiket melaju ke babak final sudah pasti karena hanya perlu dorongan PAN. Amirul yang saat ini legislator PPP di Senayan juga bisa merapatkan partai berlambang kabah itu dalam rotasi Matahari Putih. Dari sisi ketokohan, pasangan ini ideal, Asrun membangun di Kendari dan Amirul pernah membangun di Baubau.

Kekuatan utama poros ini ada pada Asrun dengan sejarah penaklukan di dunia politik yang sangat cemerlang. List rentetan kemenangannya yakni mengunci jabatan walikota Kendari dua periode, mendudukkan kedua putra kandungnya di DPRD Kota Kendari dan DPRD Provinsi pada Pilcaleg 2014, dan terakhir menarik putra bungsunya yang di DPRD Provinsi sebagai pelanjut estafet kepemimpinannya lewat Pilkada 2017.

Jejaring keluarga Asrun akan menjadi suplemen tersendiri dalam pertarungan. Ia berkerabat dekat dengan Bupati Konawe Selatan (Konsel) Surunuddin Dangga (paman-kemenakan), Ketua Gerindra Sultra Imran merupakan besan. Imran selaku mantan Bupati Konsel juga berbesan dengan Bupati Kolaka Ahmad Safei.

Selain itu, bala bantuan kader PAN yang menduduki bupati/walikota dari berbagai penjuru Sultra adalah elemen penting penentu jalannya pertarungan. Koleksi kepala daerah di Matahari Putih yaitu Walikota Kendari Adriatma Dwi Putra, Bupati Konawe Kery Saiful Konggoasa, Bupati Bombana Tafdil, Bupati Wakatobi Arhawi, Walikota Baubau AS. Thamrin, Pelaksana tugas Bupati Buton La Bakry, dan Bupati Muna Barat LM. Rajiun Tumada.

Sebagai catatan, kepala daerah di tiga daerah Konawe, Baubau, dan Kolaka tidak akan begitu turun full karena disaat yang sama juga sedang menghadapi Pilkada setempat. Kemudian dukungan Kery Saiful Konggoasa belum dapat dipastikan karena memiliki kedekatan tersendiri dengan Lukman Abunawas, begitu pula Ahmad Safei yang pernah menjalin kedekatan dengan Rusda Mahmud.

Amirul Tamim sebagai penunjang kekuatan besar itu memiliki indeks keberhasilan dan kekalahan politik yang seimbang. Ia pernah menjadi Walikota Baubau dua periode dan kini duduk manis di Senayan sebagai Anggota DPR RI. (A* Bersambung)

(Berita terkait : Panas Dingin di Gelanggang Pilgub Sultra Part I)

(Berita terkait : Panas Dingin di Gelanggang Pilgub Sultra Part 3)

 

Catatan: Muhammad Taslim Dalma
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini