Penerbangan Pesawat Udara Nir Awak Warnai Pembukaan Expo UHO

127
Penerbangan Pesawat Udara Nir Awak Warnai Pembukaan Expo UHO
PENERBANGAN PUNA - Rektor UHO) Usman Rianse bersama Direktur Kemahasiswaan Kemenristekdikti Didin Wahidin saat menyaksikan penerbangan PUNA dalam rangka pembukaan Expo UHO, Rabu (12/10/2016). PUNA merupakan hasil temuan tim peneliti dari FPIK UHO, yang berfungsi untuk mendeteksi keberadaan ikan dari udara ke permukaan laut. (SRI RAHAYU/ZONASULTRA.COM)
Penerbangan Pesawat Udara Nir Awak Warnai Pembukaan Expo UHO
PENERBANGAN PUNA – Rektor UHO) Usman Rianse bersama Direktur Kemahasiswaan Kemenristekdikti Didin Wahidin saat menyaksikan penerbangan PUNA dalam rangka pembukaan Expo UHO, Rabu (12/10/2016). PUNA merupakan hasil temuan tim peneliti dari FPIK UHO, yang berfungsi untuk mendeteksi keberadaan ikan dari udara ke permukaan laut. (SRI RAHAYU/ZONASULTRA.COM)

 

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Penerbangan Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) karya tim peneliti dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari mewarnai pembukaan Expo Program Studi Lingkup UHO tahun 2016 di lapangan sepakbola universitas, Rabu (12/10/2016).

Penemuan PUNA ini berdasarkan permasalahan dasar di bidang perikanan mengenai informasi keberadaan ikan yang menjadi target operasi di laut yang dinilai masih minim. PUNA dibuat untuk mempermudah pendeteksian ikan di laut. PUNA memiliki durasi terbang selama kurang lebih 3 jam dengan berat terbang maksimal 6 kg.

“PUNA ini merupakan salah satu inovasi terbaru di bidang teknologi untuk mendeteksi keberadaan ikan target, dari udara ke permukaan laut,” ungkap Paduartama Tandipuang, dosen sekaligus salah satu tim peneliti FPIK UHO.

penerbangan_puna1Selain PUNA, FPIK juga menciptakan Kapal Ikan Nir Awak (KINA) yang memiliki fungsi sama dengan PUNA yaitu untuk mendeteksi keberadaan ikan. Namun bedanya, KINA medeteksi keberadaan ikan dari permukaan laut ke bagian dalam.

“Jadi KINA ini memiliki daya apung dan stabilitas yang tinggi, serta waktu operasi selama 24 jam di laut, yang dapat membawa berbagai macam peralatan sensor yang tidak bisa dibawa oleh PUNA,” ungkapnya.

Untuk pengoperasian sendiri, PUNA dioperasikan terlebih dahulu dari KINA dikarenakan memiliki keunggulan yakni dapat melaju di udara dengan kecepatan tinggi (max 80 kpj), serta dapat melakukan pemantauan udara dan tembakan sensor dari ketinggian maksimal 5.000 feet, sehingga pesawat ini bisa melakukan pendeteksian di permukaan laut.

Untuk diketahui, PUNA dan KINA merupakan hasil temuan dari tim peneliti FPIK yang tediri dari dekan, dosen, dan mahasiswa dari Konsentrasi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP) jurusan MPS UHO. Adanya PUNA dan KINA ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi permasalahan utama perikanan tangkap selama ini. (A)

 

Reporter: Sri Rahayu
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini