Agustus 2019, Luas Karhutla di Bombana dan Konsel Alami Penurunan

218
Agustus 2019, Luas Karhutla di Bombana dan Konsel Alami Penurunan
KARHUTLA - Suasana simulasi kebakaran hutan dan lahan dalam acara apel siaga bencana kebakaran hutan dan lahan di Bombana, Kamis (22/8/2019). (ISTIMEWA).

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Berdasarkan data Balai Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW), hingga Agustus 2019 luas kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kabupaten Bombana dan Konawe Selatan (Konsel) mengalami penurunan 427,8 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Kepala Balai TNRAW, Ali Bahri melalui siaran pers, Kamis (22/8/2109) mengatakan, pada Agustus 2018 terdapat sekitar 670,94 hektare (ha) hutan dan lahan yang terbakar dengan jumlah 32 kali kejadian kebakaran. Sementara Agustus 2019 turun menjadi 25 kali kejadian kebakaran dengan total luas 156,82 ha.

Berdasarkan peta rawan kebakaran hutan di kawasan TNRAW pada 2018, tingkat kerawanan kebakaran itu dikelompokkan dalam tiga kelas kerawanan, yaitu rendah dengan luas 39,6 ribu hektar atau 60,05 persen, sedang dengan luas 6,5 ribu hektar atau 9,94 persen, dan sangat tinggi luas 19,8 ribu hektar atau 30,01 persen.

Baca Juga : Musim Kemarau, Ini Lokasi Hutan dan Lahan Berpotensi Terbakar di Sultra

Ali menjelaskan, saat musim kemarau pihaknya selalu dihadapkan pada permasalahan kebakaran hutan dan lahan. Sebab, tingkat kerawanan kebakaran di kawasan TN Rawa Aopa Watumohai yang masuk dalam wilayah Bombana, Konsel, Kolaka Timur (Koltim), dan Konawe cukup tinggi.

BACA JUGA :  Dorong Peningkatan Kualitas Event Pariwisata, Dispar Sultra Launching KEN 2024

Salah satu upaya dilakukan untuk pengendalian kebakaran tersebut, Balai TNRAW membentuk Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Brigdalkarhutla) pada 2018.

Secara umum dengan adanya Brigdalkarhutla dalam satu tahun terakhir dinilai berhasil menurunkan luas lahan yang terbakar.

”Petugas Brigdalkarhut akan segera melakukan pemadaman dini jika menemukan kejadian kebakaran karena mereka terjun langsung ke lokasi dan sudah dibekali dengan alat pemadam ringan berupa pompa punggung yang berfungsi untuk pemadaman awal,” kata Ali.

Ali menyebutkan keberhasilan ini tak lepas dari hasil sinergitas antara Balai TNRAW bersama TNI, Polri, pemda, Manggala Agni Daops Tinanggea dan stakeholder terkait.

Mereka juga telah menyusun dan melakukan strategi dan rencana aksi pengendalian kebakaran hutan antara lain pemetaan lokasi rawan kebakaran hutan, deteksi dini kebakaran hutan melalui CCTV, penyuluhan kepada masyarakat.

Kemudian, sosialisasi melalui media sosialisasi secara berkala sebagai kampanye larangan membakar di taman nasional, apel siaga, dan simulasi pengendalian Karhutla.

BACA JUGA :  Daftar Figur yang Berpotensi Maju Pilgub Sultra 2024

Pendirian pos pantau untuk memudahkan pemantauan di lokasi rawan kebakaran, membuat embung sebagai sumber air untuk pemadaman dan melakukan patroli terpadu bersama dengan stakeholder terkait.

Baca Juga : Ini Wilayah Indonesia yang Berpotensi Alami Kekeringan di Musim Kemarau

“Yang tidak kalah penting dalam upaya pengendalian karhutla ini yaitu pelibatan masyarakat sekitar kawasan dengan membentuk Masyarakat Peduli Api,” ujarnya.

Bupati Bombana Tafdil
Tafdil

Bupati Bombana Tafdil mengapresiasi upaya pengendalian Karhutla di wilayah Kabupaten Bombana yang rawan kebakaran dengan melibatkan stakeholder terkait.

Ia menjelaskan asap dari kebakaran hutan yang terjadi merupakan salah satu penyebab polusi udara, gangguan kesehatan, bukan hanya untuk manusia namun keanekaragaman hayati yang ada dalam hutan.

“Untuk itu keberhasilan pengendalian kebakaran hutan dan lahan memerlukan kerjasama yang baik melalui sinergisitas pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan, dengan tidak melupakan partisipasi aktif seluruh lapisan masyarakat,” katanya. (b)

 


Reporter: Ilham Surahmin
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini