ANTAM Gelar Pelatihan Kesehatan Penyelaman bagi Nelayan di Pomalaa

137
ANTAM Gelar Pelatihan Kesehatan Penyelaman bagi Nelayan di Pomalaa
ANTAM - PT ANTAM UBPN Sultra bekerjasama dengan YARI menggelar pelatihan kesehatan penyelaman bagi nelayan yang ada di Kecamatan Pomalaa, kabupaten Kolaka. Pelatihan ini digelar di Sanggar Budaya desa Hakatutobu, Kamis (26/7/2018). (Abdul Saban/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, KOLAKA – PT Aneka Tambang (ANTAM) Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) Sulawesi Tenggara (Sultra) menggelar pelatihan kesehatan penyelaman bagi nelayan yang ada di Kecamatan Pomalaa, kabupaten Kolaka.

Kegiatan yang melibatkan Yayasan Bahari (YARI) itu diikuti oleh 30 peserta yang berasal dari anggota kelompok nelayan desa Hakatutobu, Tambea dan Kelurahan Dawi-dawi. Pelatihan ini digelar di Sanggar Budaya desa Hakatutobu, Kamis (26/7/2018).

Pimpinan Program YARI untuk project Pendampingan Masyarakat Nelayan Pesisir kecamatan Pomalaa Abdul Wahab mengatakan, para peserta merupakan nelayan yang selama ini menyelam menggunakan kompresor saat menangkap atau mengambil hasil laut.

Biasanya, mereka menyelam untuk mengkap ikan kerapu menggunakan bubu, mencari teripang dan lobster. Namun dalam prakteknya, para nelayan ini belum menggunakan metode penyelaman yang baik untuk kesehatan mereka. Sebab masih menggunakan kompresor (tabung angin penambal ban).

“Selain itu banyak nelayan yang belum mengetahui tehnik menyelam yang sehat. Banyak kasus terjadinya kelumpuhan akbiat penyelaman bahkan sampai mengakibatkan kematian, sehingga YARI merencanakan kegiatan pelatihan ini sebagai bahagian dari kegiatan program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berkelanjutan yang sedang dilaksanakan oleh Yayasan Bahari Bersama PT. Antam Tbk,” ujar Wahab dalam sambutannya di acara pelatihan itu.

BACA JUGA :  PT ANTAM Tbk Konut Laksanakan Berbagai Kegiatan dalam Perayaan Bulan K3 Nasional

Sementara itu, Vice President Human Capital and Corporate Social Responsibility (HC and CSR) PT ANTAM UBPN Sultra Kamsi mengatakan, kegiatan pelatihan itu merupakan bagian dari program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berkelanjutan yang saat ini sedang dilaksanakan ANTAM dengan YARI. Program ini akan berlangsung selama 3 tahun.

Terkait pelatihan itu, Kamsi berharap para nelayan pengguna kompresor dapat memahami dan mengetahui tehnik penyelaman yang sehat dan terhindar dari berbagai penyakit akibat penyelaman.

“Selain nelayan bisa sehat, kita berharap juga pendapatan meraka juga meningkat,” terang Kamsi.

Hal yang sama juga dikemukakan Community Social Responsibility (CSR) Manager PT ANTAM UBPN Sultra, Muhammad Rusdan. Kata dia, para peserta pelatihan ini mestinya mampu memperkuat kapasitasnya melalui sharing pengalaman, karena mendapatkan ilmu tentang metode penyelaman yang baik dari instruktur handal, Risfandi.

Risdandi, selaku pemateri dalam pelatihan ini menerangkan, secara umum penyelaman terbagi atas 2 bahagian yaitu penyelaman tahan napas (Freediving) dan penyelaman menggunakan alat bantu (SSBA/SCUBA). Kedua penyelaman ini mengandung resiko terhadap kesehatan jika dilakukan tidak sesuai dengan tehnik penyelaman yang benar.

BACA JUGA :  PT ANTAM Tbk Konut Laksanakan Berbagai Kegiatan dalam Perayaan Bulan K3 Nasional

(Baca Juga : ANTAM Bantu Pengembangan Sentra Budidaya Ternak Kambing di Pomalaa

Dosen Fakultas Perikanan ini menilai, resiko kesehatan paling sering dialami oleh para penyelaman adalah tekanan air terhadap gendang telinga. Jika tidak dipahami tehniknya, maka gendang terlinga bisa pecah dan menimbulkan kehilangan keseimbangan bahkan sampai tuli. Kemudian tekanan terhadap sinus muka, paru-paru, persendian dan keracunan nitrogen.

Dan yang paling ditakuti oleh para penyelam adalah mengalami keram akibat nitrogen dalam darah tidak terurai dengan baik pada saat menyelam. Ini bisa mengakibatkan penumpukan nitrogen di bawah kulit dan persendian sehingga mengalami keram dan berakibat pada kelumpuhan bahkan sampai kematian.

Dia berharap, para penyelaman tradisional dan kompresor agar selalu merencanakan kegiatan penyelamannnya. Misalnya, tidak terlalu cepat turun kedasar perairan dan tidak terlalu lama menyeleman sampai berjam-jam.

“Yang paling penting, kecepatan naik dari dasar perairan ke permukaan harus pelan, sehingga proses penguraian nitrogen yang kita hirup dan menyatu dalam darah dapat berlangsung dengan baik,” kata Otong, sapaan akrab Risfandi. (*)

 


Penulis : Abdul Saban

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini