Berkendara Sepeda Bekas, Kakek 88 Tahun Berjualan Es Krim Keliling di Kolaka

886
PENJUAL ES - Adalah Samaila Daeng Gading. Kakek berusia 88 tahun yang berjualan es krim keliling di seputaran kota Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra). Ia hanya tinggal di gubuk kecil yang dibangunkan oleh sang keponakan. (Sitti Nurmalasari/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, KOLAKA – Mengendarai sepeda tua bekas ia menjajakan es krim buatannya sendiri dari satu tempat ke tempat lainnya. Usia lanjut tak menyurutkan semangatnya mencari rezeki demi menyambung sisa umurnya.

Dia adalah Samaila Daeng Gading. Kakek berusia 88 tahun yang berjualan es krim keliling di seputaran Kota Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Daeng Gading berjualan es krim karena tak terbiasa berdiam diri di rumah saja tanpa bekerja. Bermodalkan Rp60 ribu, ia membuat es krim tersebut. Ia menjual es krim ini setiap hari. Terkadang es krim itu tak selalu laris manis.

Daeng Gading harus rela kembali ke gubuk berukuran 3 x 2 meter persegi yang dibangunkan oleh keponakannya dengan sisa es krim yang tak laku. Sebutnya, es krim ini ia simpan di kulkas milik keponakannya untuk dijual kembali keesokan harinya.

“Tidak tiap hari laku sampai habis. Kalau habis semua, saya dapat hanya Rp100 ribu,” kata Daeng Gading dalam bahasa Indonesia yang tak terlalu fasih saat ditemui di salah satu sekolah tempatnya biasa berjualan es krim, Jumat (23/8/2019).

Kata Daeng Gading, ia biasa berjualan di Jalan Akper, Kolaka atau di depan sekolah di Laloeha, Kolaka. Berjualan es krim ini sudah ia lakoni kurang lebih 42 tahun lamanya. Hanya saja di Kolaka, baru sekitar empat tahunan belakangan.

BACA JUGA :  Hakim Perempuan di PN Andoolo Ungkap Keresahan, dari Minim Fasilitas hingga Rentan Intervensi

Berkendara Sepeda Bekas, Kakek 88 Tahun Berjualan Es Krim Keliling di Kolaka

Ceritanya, kakek yang memiliki tiga anak ini merupakan seorang perantau dari salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan. Setelah istrinya wafat, ia melewati masa kesendirianya dengan merantau ke Kota Makassar, Sulsel.

Tak berselang lama, ia lalu merantau ke Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng). Selama puluhan tahun ia mencari rezeki di Kota Palu berjualan es krim. Hingga akhirnya memutuskan merantau ke Kota Kolaka, Sulawesi Tenggara, tepatnya empat tahun lalu.

Tak sedikit orang membeli es krim buatannya karena merasa empati dan peduli. Malah Daeng Gading kadang menerima bantuan dari orang-orang yang berhati baik seperti memberikan sebungkus nasi atau uang.

“Saya biasa kalau jualan itu, ada orang tiba-tiba singgah dan memberi saya uang, biasa juga beras dan sembako lainnya,” ucapnya.

Memilih Tinggal di Gubuk

Salah satu kerabat Daeng Gading, Asis (52) menuturkan, sejak pindah ke Kolaka empat tahun lalu, Daeng Gading selalu berpindah-pindah tempat tinggal. Meskipun memiliki anak yang juga tinggal di Kelurahan Lamokato, Kolaka, namun Daeng Gading lebih memilih tinggal di gubuk kecilnya.

Kata Asis, Daeng Gading sempat tinggal bersamanya. Hanya saja di rumahnya banyak orang sehingga terkesan berisik bagi Daeng Gading. Sama halnya dengan di rumah sang anak yang dinilainya berisik. Ia kemudian tinggal sendiri di gubuk yang dibangun oleh Asis tepat di belakang rumahnya.

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih

Berkendara Sepeda Bekas, Kakek 88 Tahun Berjualan Es Krim Keliling di KolakaGubuk itu ia bangunkan dari sisa-sisa bahan seperti seng dan balok dari rumahnya. Bahan tersebut untuk menambahkan bahan yang sudah dibeli sendiri oleh kakek 88 tahun itu dari uang yang diberikan orang yang berbaik hati membantunya.

Asis juga bercerita, sepeda yang digunakan Daeng Gading berjualan es merupakan sepeda bekas yang ia beli sendiri dibantu oleh dirinya. Sepeda itu kemudian diperbaiki agar bisa digunakan berjualan oleh Daeng Gading.

“Daeng Gading mau beli sepeda hanya saja uangnya tidak cukup ketika itu, karena saya sedih lihat hanya diam diri tidak bekerja, jadi saya bantu pakai uang saya untuk beli sepeda itu,” ceritanya.

Ia menuturkan Daeng Gading tidak bisa hanya berdiam diri di rumah karena sudah terbiasa bekerja sejak dulu. Sehingga, Asis pun membantunya menyediakan transportasinya untuk berjualan.

“Daeng Gading membuat es krim yang dijualnya sendiri. Hanya dengan es batu, susu, tepung maizena, dan bahan lainnya,” jelasnya.

Es krim ini pun tak selaris es krim ternama lainnya. Es krim itu baru bisa habis tiga sampai empat hari. Jadi Daeng Gading kadang menyimpan es krim, kemudian dijual lagi keesokan harinya, dan seterusnya bila tidak habis. (*/SF)

 


Kontributor: Sitti Nurmalasari
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini