Bulog Siap Pasarkan Beras Merah Butur

546
ilustrasi beras merah
Ilustrasi

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional (Divre) Sulawesi Tenggara (Sultra) menyatakan kesiapannya untuk memasok dan memasarkan beras merah organik asal Kabupaten Buton Utara (Butur).

Kepala Divre Bulog Sultra La Ode Amijaya Kamaluddin mengatakan, sejauh ini pemerintah Butur sudah melakukan upaya-upaya sampai ke tingkat nasional terutama Perum Bulog pusat.

“Bulog saat ini sudah merespon akan memfasilitasi jaringan penjualan beras organik, dan siap menampung produksi beras merah organik, cuma sekarang berapa jumlah produksi beras organik, tinggal dari pemda ditunggu berapa produksinya,” ungkapnya kepada awak media, Selasa (27/3/2018).

Bulog juga akan membuat branding baru, namun tetap menggunakan nama Wakawondu. Kemudian beras merah ini akan dijual juga di seluruh jaringan Rumah Pangan Kita (RPK) seluruh Indonesia sekitar 32.000 RPK.

“Untuk penyerapan tergantung berapa jumlah produksi, kalau bisa 2.000 ton kami siap, berapapun jumlah produksi kami siap, pada prinsipnya kami siap menampung seluruh hasil produksi beras merah organik,” tukasnya.

“Untuk memenuhi permintaan pasar yang menjadi mitra Bulog tersebut, maka kami berinisiatif menyerap beras tersebut dalam jumlah besar untuk dipasarkan oleh kami,” tutupnya.

Ditemui secara terpisah Bupati Butur Abu Hasan mengatakan, tahun ini ada sekitar 1.000 hektar lahan yang disiapkan untuk pengembangan kawasan beras merah organik.

“Sekarang musim tanam bulan Mei kita panen lagi dan pada saat itu kita dapat pastikan per hektar berapa hasilnya,” ungkap Abu Hasan di Kantor Gubernur Sultra, Rabu (28/3/2018).

Biasanya dalam satu hektar bisa menghasilkan 2 ton beras merah. Saat ini pemda sendiri menetapkan tiga brand untuk produk beras merah yakni Wakawondu, Watanta dan Wankariri dengan harga Rp30.000 per kilogram.

“Alhamdulilah sudah tersertifikasi secara nasional dan saat ini masih proses di internasional atas bantuan Kementerian Pertanian, semester I tahun ini keluar sertifikasi internasionalnya,” jelasnya.

Salah satu kendala saat ini yang dihadapi petani adalah ketersediaan air atau saluran irigasi, sehingga pihaknya masih fokus pada pembenahan sumber air untuk tanaman beras tersebut. Apabila saluran air sudah lebih baik, hasilnya juga bisa dua kali lipat dari saat ini.

“Untuk pasar terus meningkat di Kota Kendari dan Jakarta banyak permintaan,” tukasnya. (B)

 


Reporter: Ilham Surahmin
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini