Corona Meredam, Kasus Jiwasraya dan Asabri Buat Investor di Sultra Selektif Pilih Saham

102
Corona Meredam, Kasus Jiwasraya dan Asabri Buat Investor di Sultra Selektif Pilih Saham

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Masih bergulirnya kasus Jiwasraya dan Asabri memberikan dampak terhadap investor pasar saham modal di Sulawesi Tenggara (Sultra), terutama di Kota Kendari. Mereka masih berhati-hati memilih saham yang akan dibeli maupun dilepas.

Marketing Officer PT Indo Premier Sekuritas Kendari, Zulwan mengatakan, sentimen dari virus corona per tanggal 4 Februari 2020 lalu sudah mulai menurun terhadap pasar saham, dan harga saham sudah kembali naik. Meski begitu sebagian investor saham di Kendari masih berkonsultasi di group maupun secara langsung mengenai perkembangan kedua kasus tersebut.

Baca Juga : Virus Corona China dan Kepanikan Pasar Saham Sultra

“Sebagian besar sudah optimis, tapi sebagian masih berhati-hati dalam memilih saham untuk diinvestasikan, sepertinya menunggu Februari ini bagaimana kedua kasus tersebut,” ungkap Zulwan melalui layanan WhatsApp, Jumat (7/2/2020).

Sementara Ketua Bidang Keuangan dan Perbankan Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP Hipmi), Ajib Hamdani, yakin apabila rata – rata transaksi perdagangan saham pada Februari akan bisa membaik. Kuncinya di Kementerian Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) untuk menemukan skema bisnis yang tepat dalam menyelesaikan kasus Jiwasraya.

BACA JUGA :  7 Keunggulan MacBook Air yang Membuatnya Jadi Pilihan Utama

“Karena perdagangan saham itu memang transaksi keuangan yang sensitif terhadap isu-isu seperti Jiwasraya. Apalagi belum selesai Jiwasraya, sudah muncul kasus Asabri,” kata Ajib.

Menurutnya, investor di pasar modal terbagi dua golongan. Investor yang kuat literasi keuangan, dalam artian teliti membaca fundamental ekonomi Indonesia dan laporan keuangan para emiten, sudah pasti tak begitu terpengaruh.

Tetapi untuk investor yang lemah dalam literasi keuangan, kasus Jiwasraya berpengaruh besar. Apalagi ternyata banyak investasi bermasalah berupa saham gorengan di sejumlah emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Otomatis muncul pertanyaan investor golongan ini. Apakah aman berinvestasi saham di pasar modal Indonesia atau tidak.

Data Ipotnews, per tanggal 6 Februari 2020 pukul 15.00 WITA, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada pada level 5.379,009. Posisi ini menguat 0,02 persen dibandingkan penutupan terakhir. Kapitalisasi market mencapai Rp6.933,183 triliun, jumlah lembar saham diperdagangkan 3,74 triliun lembar dan frekuensi perdagangan saham 230.145.

BACA JUGA :  Indosat membukukan pendapatan sebesar Rp51,2 triliun di tahun 2023

Sebelumnya, akibat kasus virus corona yang terjadi di Wuhan, China, sejumlah Investor Sultra panik. Kepanikan itu karena pasar saham berada dalam kondisi yang kurang baik.

Baca Juga : 4.000 Orang Sultra Jadi Investor Saham di BEI

Investor yang panik itu rata-rata baru terjun ke dunia saham. Telebih lagi, virus corona berdampak pada pasar saham BEI karena aktivitas ekonomi di China sedang tidak berjalan baik, atau berhenti, sehingga negara yang menjadi penyumbang ekspor dan impor ekonominya ikut terganggu.

Bursa Efek Indonesia (BEI) Sultra mencatat jumlah investor per Desember 2019 ada 4.053 investor. Sebanyak 1.901 investor merupakan kaum milenial, yakni investor berusia di bawah 30 tahun. (b)

 


Reporter: Ilham Surahmin
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini