Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak di Baubau Meningkat

295
Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak di Baubau Meningkat
DISKUSI - Proses fokus grup diskusi penyusunan profil gender dan anak di Sultra oleh Pengembangan Masyarakat Pusat Studi Gender dan Perlindungan Anak Universitas Halu Oleo (UHO), Jumat (23/8/2019) di Dinas PPA Kota Baubau. (M6/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, BAUBAU – Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat kasus kekerasan perempuan dan anak di daerah itu meningkat. Sepanjang 2019 sudah ada 41 kasus, meningkat dibandingkan tahun lalu sebanyak 38 kasus.

Tidak hanya itu, lebih dari 50 persen kasus kekerasan tahun 2019 adalah pelecehan seksual. Begitupun tahun 2018. Kondisi ini disebut sangat mengkhawatirkan.

Hal ini terungkap saat Pengembangan Masyarakat Pusat Studi Gender dan Perlindungan Anak Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari menyambangi Dinas PPA Kota Baubau, Jumat (23/8/2019) untuk fokus grup diskusi penyusunan profil gender dan anak di Sultra.

Menurut Ketua Pengembangan Masyarakat Pusat Studi Gender dan Perlindungan Anak UHO, Sartia Yusran, kondisi ini harus segera ditangani. Caranya dengan mengidentifikasi masalah dan dipetakan jenisnya masalanya. Dengan begitu solusi yang diberikan bisa tepat.

“Di mana letak masalahnya, di situlah buatkan program untuk penanganannya sesuai dengan kebutuhan yang ada di lapangan,” kata Sartia kepada awak media usai diskusi.

(Baca Juga : Kekerasan pada Perempuan dan Anak Marak di Bombana, Pemda Bentuk Satgas)

Paling utama yang mesti diperhatikan soal anak yang mengalami kekerasan adalah pendidikan dan kesehatan usai terdampak kasus. Hal ini untuk menjaga masa depan korban.

“Bagaimana pendidikannya, kesehatan fisiknya, juga kesehatan mentalnya. Ini harus dipastikan dalam kondisi normal usai menjadi korban. Caranya dengan rehabilitasi,” urai Sartia.

Kekerasan terhadap perempuan dan anak, baik KDRT, kekerasan ekonomi, pendidikan, hingga kekerasan seksual, sebut Satria, merupakan fenomena gunung es. Nampak kecil dari luar namun sesungguhnya besar.

(Baca Juga : Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Konawe Menurun)

“Kemungkinan di Baubau ini banyak kasus sebelumnya hanya belum bisa terungkap. Dengan data yang benar dari tiap OPD (Organisasi Perangkat Darah) maka kita akan bisa identifikasi serta menciptakan solusi yang tepat,” ujarnya.

Sementara Kepala Bidang Data, SIGA, dan Partisipasi Masyarakat Dinas PPA Kota Baubau, Fanti Frida Yanti mengatakan, sejak Satuan Tugas (Satgas) PPA, yang dipimpinya bekerja, data korban pelecehan di Kota Baubau dapat diperbaiki.

“Sejak terbentuk Agustus 2018 kami sudah bisa mendata korban kasus kekerasan selama dua tahun terakhir ini. Kami juga sedang membantu proses pendampingan hingga rehabilitasi pada korban,” akunya.

Dia juga menyebutkan, timnya telah menyelesaikan 80 persen dari kasus kekerasan perempuan dan anak di Kota Baubau. Sisanya sedang dalam proses hukum dan rehabilitasi. (b)

 


Penulis: M6
Editor: Jumriati

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini