Kasus Penganiayaan, Ini Pengakuan Korban dan Saddil Ramdani

1295
Pemain Timnas Sadil Ramdani Dilaporkan ke Polisi
PELAPORAN - Pemain sepak bola langganan Timnas Indonesia Sadil Ramdani dilaporkan ke Kepolisian Resor (Polres) Kendari usai diduga menganiaya seorang warga Kota Kendari, IW di Jalan Chairil Anwar, Kelurahan Wuawua, Jumat (27/3/2020). (Foto : Istimewa)

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Korban yang diduga dianiaya oleh pemain tim nasional Indonesia Saddil Ramdani pada Jumat (27/3/2020) lalu, akhirnya angkat bicara. Dia adalah Irwan (25) karyawan di salah satu agen gas elpiji di Jalan Chairil Anwar, Kelurahan Wuawua, Kecamatan Wuawua, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Irwan bercerita, kejadian itu bermula ketika Saddil datang mencari seseorang bernama Sabar di sebuah basecamp tempat kerjanya. Namun, pria yang dimaksud tidak ada di tempat. Pemain yang membela Bhayangkara FC itu datang bersama dua orang temannya.

Tak mendapati orang yang dicari, Saddil lalu keluar dan menyuruh Irwan yang saat itu tengah sendiri untuk tetap tinggal di situ. Rekan Saddil kemudian tiba-tiba memukul Irwan.

“Katanya Saddil, tunggu di situ, jangan bergerak. Dia masuk ke rumah sebelah, saya kira mau apa, saya lihat dia ambil parang,” kata Irwan saat ditemui di rumah keluarganya, di Jalan Chairil Anwar, Lorong Kamboi, Kelurahan Wuawua, Kecamatan Wuawua, Jumat (3/4/2020).

Lanjut dia, saat membawa parang, Saddil membabi buta, menghantam semua yang dilewati. “Dia hantam tembok, tower (tandon air), baru dia hantam kepalaku, ujungnya parang yang kena,” tambah Irwan. Seketika dia langsung terjatuh.

Dalam posisi terjatuh, Irwan menyuruh ibu penghuni rumah itu untuk menelepon Sabar. Irwan berkata, Sabar sempat berkomunikasi dengan Saddil. Namun, dia mengaku kembali diparangi oleh Saddil ketika salah seorang rekan pemain berposisi sebagai penyerang sayap itu membangunkan tubuhnya.

Setelah bangun, Irwan selanjutnya berjalan bermaksud untuk meninggalkan tempat itu. Namun lagi-lagi Saddil kembali menendangnya, Irwan pun berhasil menghindari dan berusaha lari untuk menyelamatkan diri dan melaporkan kejadian itu ke Polres Kendari.

BACA JUGA :  Ini Penjelasan Polda Sultra Terkait Insiden Salah Tembak di Kendari

“Datang di (SPKT) Polres Kendari, diperiksa lalu saya diberikan surat pengantar untuk melakukan visum di Bhayangkara. Hanya dikasi surat pengantar visum, tidak ada surat laporan polisi,” terang dia.

Pada hari Sabtu (28/3/2020) korban yang diwakili saudaranya Adrian melaporkan kembali kasus tersebut. Itupun dalam bentuk laporan informasi, bukan laporan polisi.

Irwan juga menyebut bahwa Saddil ini datang dalam keadaan mabuk, karena ia mencium bau minuman. Sementara dua teman Saddil datang dengan tangan kosong melakukan pengeroyokan terhadap dia.

Irwan mengetahui bahwa pria bernama Sabar sempat cekcok dengan ibu Saddil. Hal itu diduga sebagai pemicu Saddil memberontak hingga melakukan pengeroyokan bahkan dengan cara membabi buta dan salah sasaran. “Dia membabi buta, banyak itu dia burukan parang,” ungkap Irwan.

Salah seorang keluarga korban, Ali, mengatakan Ibu Saddil, Wa Ode Dai sempat datang ke rumah keluarga korban tempat korban dirawat, namun hanya menanyakan pemilik rumah bukan menanyakan kondisi korban. Ali menegaskan, tidak akan menghentikan proses hukum yang sudah berjalan ini.

“Kami tidak akan cabut laporan, karena dipukul pakai parang. Walaupun mereka minta maaf tapi kami tetap lanjut ke jalur hukum,” tukas dia.

Terpisah, Saddil Ramadani membantah pengakuan Irwan. Dia bercerita, sebelum kejadian itu, Irwan bersama rekan-rekannya sering pesta miras di belakang rumah eks pemain klub Persela itu sambil menyinggung ibunya dengan nyanyian yang tidak pantas.

“Mereka selalu menyanyikan lagu kematian yang menyinggung mama saya, mereka dilarang minum tapi justru melawan, katanya apa urusannya kalian, kami mabuk di sini ini hak kami apa urusan dengan kamu, mama saya digituin,” terang Saddil saat dihubungi melalui WhatsApp, Senin (6/4/2020).

BACA JUGA :  Polres Konut Amankan 10 Pelaku Peredaran Narkotika

Pasca hari itu, ibunda Saddil tidak menghiraukan mereka lagi. Seminggu berikutnya, Irwan bersama temannya yakni La Sabar kembali menggelar pesta miras di situ. Parahnya, kata Saddil, mereka meminta uang kepada ibunya untuk membeli minuman keras. Uang pun diberikan, hingga hampir setiap minggu datang untuk mabuk di sana.

Karena keterusan, ibu Saddil akhirnya tak mau lagi memberikan uang dan melarang mereka untuk berpesta miras di basecamp itu. Menurut Saddil, ibunya beralasan karena menggangu ketenangan tetangga. Namun, permintaan itu dibalas dengan kata-kata kasar.

“Tiba-tiba salah satu rekan minumnya mengamuk memaki mama saya dengan bahasa yang tidak layak. Saya mencari mereka itu karna mereka selalu mabuk bersama Sabar dan teman-temannya, mereka selalu mencari kesalahan saya punya mama,” keluh dia.

Saddil menambahkan, meski ibunya diperlakukan seperti itu, ia tetap melarang untuk melaporkan perbuatan rekan Irwan ke polisi karena akan berdampak kepada Saddil sendiri. Namun, dia mengaku sudah kehabisan batas kesabaran maka ia pasang badan dan menindaki pemuda-pemuda itu. Dia mengaku akan bertanggung jawab atas tindakannya itu.

“Tapi ya sudah, saya sudah berbuat sendiri biar saya tanggung jawab. Biar mereka tidak ganggu lagi saya punya mama. Nama besarku dan ketenaranku tidak penting bahkan sangat tidak ada gunanya ketimbang harga dirinya keluarga dan mamaku sendiri,” tukas Saddil.

Polres Kendari telah menetapkan pemain sepakbola asal Kabupaten Muna itu sebagai tersangka penganiayaan terhadap Irwan. Polisi menerapkan pasal 351 ayat 1, dan 170 KUHP. Saddil Ramadani terancam pidana penjara selama 7 tahun. (A)

 


Kontributor: Fadli Aksar
Editor: Muhamad Taslim Dalma

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini