Ketika Kandidat Walikota Mengejar Durasi (Bagian 2)

73
Ketika Kandidat Walikota Mengejar Durasi (Bagian 2)
Debat publik pilkada Kendari
Ketika Kandidat Walikota Mengejar Durasi (Bagian 2)
Debat publik pilkada Kendari

 

Kita melanjutkan tulisan bagian satu. Setiap pertanyaan dari panelis berbeda-beda terhadap satu pasangan calon. Pertanyaan pertama ditujukan untuk pasangan nomor urut satu. Kenapa penataan infrastruktur dan pembangunan jalan dianggap penting? Baaimana teknik impelementasinya?

Rasak menjawab, infrastruktur seperti jalan dan drainase merupakan upaya untuk membuka akses publik yang dapat mendorong investasi masuk di Kendari. Lapangan kerja tercicpta, dan akan mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan. Razak kehabisan waktu kembali.

Baca Juga : Ketika Kandidat Walikota Mengejar Durasi

Pertanyaan untuk nomor urut dua, kenapa pengembangan pariwisata Teluk Kendari dianggap penting? Bagaimana teknik implementasinya? Moderator bertanya ke pasangan ADP-Sul, apakah pertanyaannya perlu diulang? ADP menyambar, “Boleh.” Pertanyaan dibacakan ulang.

ADP yang menjawab. Teluk Kendari akan menjadi daerah smart point di dalamnya termasuk beberapa bidang, salah satunya wisata bahari. Dia mencontohkan, akan membuat kolam ikan mini di Teluk Kendari. Di sisi lain ekonomi kreatif bisa dimanfaatkan, penyediaan lahan untuk jual beli pedagang. Dia menegaskan, yang dilakukan saat ini pada Teluk Kendari bukan reklamasi tapi revitalisasi.

Pertanyaan untuk nomor urut 3, mengapa program APBD untuk rakyat penting? Bagaimana teknik implementasinya? Kali ini dijawab oleh Zayat. Menurutnya, Kendari punya APBD sebesar 1,6 triliun. Tapi masih ada 81 kilometer jalan yang belum diaspal. Pendidikan dan kesehatan membayar, baju sekolah, uang bangku, uang pintu, dan barangkali uang jendela, kata dia, masih dibayar.

Andi Syahrir
Andi Syahrir

“Kalau gratis, harus benar-benar gratis untuk kepentingan masyarakat,” tegasnya bersemangat. Ditambahkannya, masih ada anak-anak yang menjual kerupuk di jalanan. Pemerintah harus menyekolahkan mereka. Ketika selesai bicara, Zayat masih punya waktu.

Moderator mengambil alih dan mengajukan pertanyaan kedua. Kali ini giliran nomor urut dua yang ditanya pertama. Inti pertanyaannya, bagaimana menyesuakan visi misi pembangunan kota berbasis ekologi dan IT dengan kebijakan pemerintah tingkat provinsi dan nasional.

ADP menjawab, pemerintah sudah mengarah pada electronic-busniness dan electronic-government. Di Kendari, semua tata kelola akan berbasis elektronik, termasuk perijinan. Hanya dengan menggunakan smartphone. Akan disiapkan dua unit mobil untuk melayani pembuatan KTP elektronik.

Pertanyaan berikutnya, untuk nomor urut tiga. Bagaimana menyesuaikan visi misi mandiri dan berdaya saing menuju Kota Kendari yang sejahtera dengan kebijakan pemeritnah provinsi dan pusat. Zayat menjawabnya dengan mengajukan beberapa contoh. Drainase tidak bagus. Kawasan poros dibangun, lorong tidak tidak. Ditunjuknya kawasan dekat kantor gubernur. Hanya dua menit dari kantor gubernur, jalanan sudah tak beraspal. Kolaka Utara dan Wakatobi dijadikan rujukan pembangunn jalan yang berhasil. Kesimpulannya, apa yang direncanakan di musrenbang, itu yang harus dilakukan. Zayat punya waktu 10 detik tersisa.

Pertnayaan untuk nomor urut satu, bagaimana menyesuaikan visi misi kota bertaqwa maju dan menuju kota layak huni dengan kebijakan pemeritnah provinsi dan pusat. Razak mengungkapkan, penataan kota berupaya untuk mewujudkan kota yang aman, nyaman, dan makmur. Rasak menjelaskan satu-satu. Agar nyaman, maka pembangunan mengakomodir kepentingan berbagai golongan, termasuk 28 etnis. Makmur maksudnya, pendapatan per kapita meningkat. Dia kembali mengulang soal Bungkutoko, Teluk Kendari, pusat budaya. Dan akhirnya dia kehabisan waktu.

Sesi pertnayaan panelis selesai dan dilanjutkan dengan tanya jawab. Jalannya debat mulai lebih hidup. Pasangan Rasak-Haris bertanya ke ADP-SUL. Haris yang mewakili mengajukan pertanyaan. Kendari memiliki bonus demografi. Bagaimana menyahuti persoalan tersebut?

ADP menjawab, masalah demografi adalah masalah kependudukan. Ada kategorisasi kelompok usia tidak produktif, yakni di atas 55 tahun. Ini akan mendapatkan jaminan sosial bagi lanjut usia.

Haris tidak bertanya lanjut. Dia menjelaskan tentang SDM, yakni pendidikan dan kesehatan. Jika SDM bagus, akan bisa menjawab smeua permasalahan. Jadi, yang pelru dilakukan adalah mempersiapkan SDM.

ADP mempertajam penjelasannya. Dia membagi tiga kelompok umur, di bawah 15 tahun, antara 15-55 tahun, dan di atas 55 tahun. Khusus mereka yang masih produktif, 15-55 tahun, akan dibantu modal usaha, bahkan pelatihan tenaga kerja sekali sebulan. Gratis. ADP kehabisan waktu.

Kemudian, pasangan ADP-SUl mengajukan pertanyaan ke Zayat-Suri. Sulkarnain yang bertanya. Dia mengangkat isu anak jalanan. Sebagai pasangan yang ada kontestan perempuannya, seperti apa pandangannya dalam menyelesaikan persoalan itu, termasuk mencari akar persoalannya? Sulkarnain langsung “memaksa” agar Suri yang menjawab.

Suri menjawab. Sebagai satu-satunya pasangan yang memiliki kandidat perempuan, dia akan pastikan anak di usia sekolah tidak ada yang berada di jalanan. Sebagai kota yang layak anak, dia akan pastikan anak-anak aman dan nyaman. Minimal di setiap RT dan RW ada taman bermain anak. Semua anak tidak ada lagi di lampu merah. Dia menutup penjelasannya dengan penegasan, “sekian”.

Sulkarnain menanggapi. Menurutnya, penjelasan Suri belum mengungkap apa akar persoalannya. Bagaimana memetakananya. Dia mengutip adagium, mengetahui permasalahan sesungguhnya sudah setengah dari solusi. Bukan sekadar berjanji tapi bagaimana akar persoalan dipetakan.

Kali ini Zayat yang menjawab. Anak sekolah harus disekolahkan. Sekolah gratis. Kalau kurang, ada APBD. Dari SD sampai kuliah diperhatikan. Zayat menggelegar ketika dia bercita-cita mengangkut anak-anak jalanan itu ke sekolah, dan mengancam kepala sekolah, “kalau saudara tidak tahu caranya kasih sekolah, besok kau saya pecat.”

Penonton riuh bertepuk tangan. Bersorak-sorai. Berteriak-teriak. Widya kembali mengeluarkan suara beningnya, “mohon tenang.” Uh, tulisan ini kaku sekali. Tetapi begitu sampai pada nama Widya, narasinya langsung “mati kiri”. Ah, penulis juga manusia….hehehe.

Baca Juga : Ketika Kandidat Walikota Mengejar Durasi (Bagian 3)

Betewe, Widya ke Bokori, ya? Kita rehat dulu, ya. Mau nyusul ke Bokori. Sampai ketemu di bagian tiga. Yang mau titip tanda tangan, daftar. Yang sudah punya kucing, catat namanya….

Oleh Andi Syahrir
Penulis merupakan alumni UHO & Pemerhati Sosial

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini