Kisah Kartini Perawat Covid-19, Tak Gentar Meski Dikucilkan Kerabat

610
Kisah Kartini PeraKisah Kartini Perawat Covid-19, Tak Gentar Meski Dikucilkan Kerabatwat Covid-19, Tak Gentar Meski Dikucilkan Kerabat
Tenaga medis di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sulawesi Tenggara (Sultra)

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Pandemi virus corona atau Covid-19 melanda hampir seluruh belahan dunia tak terkecuali Indonesia. Ribuan orang dilarikan ke rumah sakit dan harus menjalani isolasi agar tidak menulari orang lain.

Di saat yang sama, petugas medis baik perawat maupun dokter tak pelak harus menerima kenyataan menjadi garda terdepan menghadapi pasien terinfeksi Covid-19.

Ketakutan pun menyelimuti para petugas rumah sakit ini, bahkan tak jarang mereka juga dikucilkan oleh tetangga. Seperti yang dirasakan oleh Syamsiah, salah seorang tenaga medis di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sulawesi Tenggara (Sultra).

Baca Juga :
Hari Kartini, Pertamina Apresiasi Petugas Medis Puskesmas Mekar Kendari

Wanita yang bertugas sebagai koordinator perawat di Rumah Sakit Polri itu mengaku, selama merawat pasien Covid-19 ia dikucilkan oleh tetangga dan kerabat.

Syamsiah
Syamsiah

“Lebih banyak dukanya, karena kita dijauhi oleh teman-teman. Sebenarnya mereka tidak perlu menjauh karena kami melayani pasien dan dalam merawat pasien Covid-19 menggunakan APD, droplet tidak akan menyebar,” aku perempuan berusia 41 tahun itu saat ditemui di sela-sela kesibukannya di Rumah Sakit Bhayangkara, Selasa (21/4/2020).

Meski dikucilkan, api semangatnya tidak padam. Niatnya tak kendur. Dia tak gentar menghadapi hal itu. Syamsiah bahkan berhadapan langsung dengan cara mengedukasi para kerabat dan tetangganya perihal Covid-19.

Dia menjelaskan, virus corona tidak menular hanya dengan berhadapan langsung, tetapi melalui droplet atau percikan air liur. Sehingga saat menggunakan masker, droplet itu tak akan menyembur. Selain itu, ia mengingatkan bahwa mengindari jabat tangan dapat mencegah penularan.

“Mungkin dari keluarga ada rasa was-was karena kami ibu-ibu pasti punya anak takutnya nanti penularannya ke anak atau ke suami. Kami sebagai perawat Covid-19 itu mandi setiap setelah merawat pasien, terus pulang ke rumah lagi kami mandi insyaallah meminimal penularan,” tegas dia.

BACA JUGA :  Hakim Perempuan di PN Andoolo Ungkap Keresahan, dari Minim Fasilitas hingga Rentan Intervensi
Merawat Pasien Covid-19 Adalah Tanggung Jawab

Perawat lain yang juga bertugas di rumah sakit milik korps bhayangkara adalah Wa Ode Marulana. Meski sejak 20 tahun lalu menggeluti profesi sebagai perawat, wanita berhijab yang karib disapa Lana ini mengaku tetap diselimuti kekhawatiran menghadapi pasien yang terjangkit virus corona meskipun telah bertamengkan APD.

“Ada hal yang lucu ada juga yang sedih. Ketika menggunakan APD lengkap itu ada rasa pasrah, ada kesedihan juga, takut kalau kami itu terpapar (Covid-19),” tutur Lana saat disambangi di tempat yang sama, Selasa (21/4/2020).

Wa Ode Marulana
Wa Ode Marulana

Meskipun begitu, ibu tiga anak ini tak gentar. Ia menyadari bahwa semua itu adalah tugas dan tanggung jawab sebagai seorang perawat dan benteng terakhir negeri ini dalam perang melawan wabah.

Kata Lana, meskipun dia harus berkontak langsung dengan seorang pasien Covid-19, namun dirinya tidak mengalami kesulitan akan hal tersebut.

“Kami lebih percaya diri menggunakan APD lengkap karena virus corona tidak akan masuk. Kami percaya diri juga karena asupan vitamin bagus, nutrisi bagus semangat juga ada jadi insyaallah kami tetap semangat,” tegas dia.

Terlebih, dia sebagai petugas yang pertama kali berhadapan dengan pasien Covid-19. Ia bertugas menjemput pasien di saat mereka dalam kondisi stres, namun hal itu terobati dengan rasa semangat dan menularkan semangat itu kepada para pasien.

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih

“Mungkin pikirannya sudah mau mati setelah dinyatakan positif ini. Tapi kami tetap memberikan semangat sepanjang jalan,” tambah dia.

Wanita bertubuh mungil ini menuturkan tak gentar menghadapi wabah virus corona jenis SarsCoV-2 ini. Sebab, sejak kecil ia sudah memimpikan untuk melakoni profesi sebagai perawat. Sehingga, sebesar apapun rintangan yang menghalangi, ia percaya bakal mampu dihadapi.

“Yang membuat semangat karena kami perawat mau lari ke mana pun ya tetap kami perawat dan bahkan cita-cita saya sejak kecil untuk menjadi perawat. Bahkan sekarang pun kalau diminta untuk melayani pasien Covid-19 kami siap selalu,” ujarnya.

Pasien Covid-19 Dianggap Keluarga

Koordinator Perawat Covid-19 Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sultra ini mengaku pasien Covid-19 berbeda dengan pasien penyakit pada umumnya. Pasalnya, di ruang isolasi pasien tak bisa dijamah oleh keluarga, kerabat dan siapapun selain petugas medis.

Olehnya itu, dia sebagai perawat harus beradaptasi dan menjelma seperti keluarga pasien sendiri. Hal itu, kata dia menjadi kenangan yang akan terus membekas dan tidak bisa dilupakan dalam perjalanan hidupnya.

Kisah Kartini Perawat Covid-19, Tak Gentar Meski Dikucilkan Kerabat

“Hubungan kami dengan pasien lebih erat saling memberikan dukungan. Sebab, pasien Covid-19 sendiri itu tidak dibesuk oleh keluarga dan sepenuhnya dirawat oleh perawat itu sendiri,” ungkapnya.

Lana menegaskan tak gentar menangani pasien yang terpapar oleh virus corona karena telah membekali diri dengan memperbanyak pengetahuan tentang cara pencegahan penularan dari virus mematikan itu.

“Awalnya sih kami agak was-was tapi kami gali lebih dalam tentang Covid-19 itu dengan menggunakan APD lengkap sekarang tidak lagi,” ujarnya. (SF/*)

 


Kontributor: Fadli Aksar
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini